Posts mit dem Label Sapi Perah werden angezeigt. Alle Posts anzeigen
Posts mit dem Label Sapi Perah werden angezeigt. Alle Posts anzeigen

Kenali Pengertian Sapi Perah dan Jenis-Jenisnya

 


Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati dan nabati, Indonesia mampu membudidayakan berbagai jenis hewan, baik sebagai komoditi konsumsi atau menjaga satwa tertentu dari ancaman kepunahan. Dalam komoditi konsumsi, terdapat beberapa jenis hewan yang sengaja diternakkan untuk diambil hasilnya. Seperti ayam pedaging untuk diambil daginya, ayam petelur untuk diambil telurnya, hingga sapi untuk diambil daging, susu dan juga kulitnya. Peternakan sapi di Indonesia sendiri sudah merajalela dimana-mana dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Yakni peternakan sapi perah dan peternakan sapi potong. Masing-masing memiliki teknik dan fungsinya sendiri sesuai dengan kebutuhan pasar. Pada artikel ini akan dijelaskan apa itu sapi perah serta jenis-jenis sapi perah dalam komoditi peternakan. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.

Pengertian Sapi Perah

Disadur dari Wikipedia, sapi perah merupakan jenis sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuan mereka dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Sapi perah termasuk dalam spesies Bos Taurus.

Satu sapi perah dapat menghasilkan sekitar 6.000 hingga 17.000 kg susu per masa laktasi. Di wilayah Cirebon, Jawa Barat, satu ekor sapi hanya dapat menghasilkan susu dengan kapasitas maksimum 4.500 liter.

Jenis-Jenis Sapi Perah

Perlu diketahui bahwa jenis sapi perah yang ada merupakan hasil impor dari luar negeri. Indonesia memiliki jenis sapi perahnya sendiri, namun memiliki keterbatasan dalam memproduksi susu dibandingkan dengan anakan luar negeri. Jenis-jenis dari sapi perah antara lain:

1# Sapi Perah Jersey

Sapi perah jenis Jersey ini awalnya dikembangbiakkan di Pulau Jersey, United Kingdom (Inggris). Kawasan di Pulau Jersey sangat cocok untuk pembiakkan sapi karena memiliki wilayah padang rumput yang subur. Susu dari Sapi Perah Jersey sebagian besar diolah dan digunakan sebagai bahan pembuat keju.

Sapi Perah Jersey mempunyai ciri-ciri kulit tubuh yang diisi warna cokelat, abu-abu, dan hitam. Pada bagian tertentu, yakni bagia kepala, bahu dan paha sapi terdapat corak yang cenderung lebih gelap dari bagian tubuh lainnya.

Jenis sapi perah ini dapat memproduksi susu sekitar 8.319 pound per tahun – sesuai dengan standar DHA, atau sekitar 3773,4 liter susu per tahun dengan kadar lemak sebanyak 5.2%. Karena mengandung beta karoten yang tinggi, air susu sapi perah ini cenderung berwarna kuning hingga cokelat.

2# Guernsey

Sapi Perah Guernsey dikembangbiakkan di kawasan daratan Guernsey yang tidak jauh dari Pulau Jersey. Sama dengan Pulau Jersey, wilayah ini memiliki padang rumput yang luas dan subur, sehingga sangat cocok digunakan untuk mengembangbiakkan sapi perah. Biasanya, Sapi Perah Guernsey digembalakan pada musim semi hingga musim panas.
Ciri-ciri dari sapi ini adalah kulit tubuh yang berwarna cokelat muda dengan sedikit bercak putih. Sapi Perah Guernsey memiliki ukuran tubuh yang pendek, bentuk kepala yang panjang serta tidak memiliki otot pada tubuh.

Bobot Sapi Perah Guernsey dewasa mencapai 400 hingga 800 kilogram. Dalam per masa laktasi, sapi ini dapat menghasilkan sekitar 6.062 pound atau sekitar 2.750 liter susu.

3# Sapi Perah Friesian Holstein

Friesian Holstein atau yang biasa disingkat FH adalah jenis sapi perah terpopuler di dunia. Sapi perah ini berasal dari Belanda. Saking populernya, sapi perah Friesian Holstein memiliki populasi sebesar 90% di Amerika.
Di Indonesia, sapi perah FH ini dikawin silang dengan sapi lokal dengan tujuan menghasilkan peranakan FH yang tidak kalah prima produksi susunya.

Ciri-ciri sapi perah FH adalah adanya kombinasi warna hitam dan putih, atau merah dan putih pada kulit tubuh mereka. Sapi perah FH memiliki performa fisik yang kokoh, tinggi, serta memiliki ekor berbulu lebat. Jenis sapi ini memiliki kantung susu yang besar serta ambing yang sempurna.

Per harinya, sapi perah FH di Belanda dapat menghasilkan sekitar 20 liter susu. Sedangkan di Indonesia, hanya mencapai 10 liter per harinya. Dalam susu hasil perahan sapi FH ini mempunyai kandungan lemak susu yang tergolong rendah, serta warna susu yang kekuningan dengan butiran kecil.

4# Peranakan Friesian Holstein

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sapi perah FH dikawinkan dengan sapi lokal (Indonesia) untuk mendapatkan peranakan sapi FH, yakni sapi peranakan Friesian Holstein.
Sapi ini dapat anda temukan di kawasan Jawa Timur. Sapi peranakan Friesian Holstein adalah hasil kawin silang antara sapi perah FH dengan sapi Jawa. Beberapa dari mereka dikawin silang dengan sapi asal Madura.

Ciri-ciri sapi peranakan FH yakni memiliki tubuh yang besar dengan corak kulit tubuh hampir sama dengan indukannya. Sapi peranakan FH dapat beradaptasi cukup baik dengan iklim tropis yang ada di Indonesia.

Per laktasi, sapi peranakan FH dapat memproduksi sekitar 3.000 liter susu apabila dipelihara dengan baik dan perawatan yang maksimal.

5# Sapi Sahiwal

Sapi perah Sahiwal merupakan jenis sapi perah yang berasal dari Pakistan. Sapi ini memiliki kulit yang didominasi warna kemerahan dengan sedikit warna kelabu atau cokelat di beberapa bagian tubuhnya.
Ciri-ciri lain yakni bentuk badan yang besar, panjang, dan memiliki daging yang padat. Selain itu, sapi Sahiwal memiliki kaki yang pendek, bentuk kepala yang besar serta terdapat tanduk kecil di bagian kepala.

Sapi Sahiwal mampu menghasilkan susu sebanyak 2000 – 5000 liter susu per tahunnya. Sayangnya, sapi perah jenis ini tidak mampu bertahan hidup di wilayah yang memiliki curah hujan rendah.

6# Ongole

Hal yang unik dari sapi Ongole adalah jenis ini biasanya dimanfaatkan atau diternakkan untuk diambil daginynya oleh para peternak, alias menjadi sapi potong. Namun, sapi Ongole ternyata dapat memproduksi susu dengan jumlah yang cukup baik, yakni 3000 pound atau setara dengan 1360 liter susu per masa laktasi.
Meski terbilang menghasilkan susu yang lebih sedikit dari jenis sapi perah lainnya, sapi Ongole sering dipelihara sebagai jenis sapi perah di India.

7# Milking Shorthorn

Sapi perah jenis Milking Shorthorn berasal dari Inggris. Sapi ini memiliki satu garis spesies dengan Bos taurus, sehingga Milking Shorthorn memiliki tanduk pendek dengan warna kulit merah, hitam, hingga cokelat tua. Sapi ini adalah jenis sapi perah terbaik dengan menghasilkan susu sekitar 5126 kg per tahunnya.

8# Frieswal

Sapi perah Frieswal adalah hasil kawin silang dari sapi Sahiwal dengan sapi FH. Sapi yang cukup jinak ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap serangan parasit, kutu, hingga cuaca ekstrim.
Sapi Frieswal mampu memproduksi 1000 – 1500 liter susu per tahunnya. Jumlah ini terbilang tinggi dengan kandungan protein dan lemak yang kaya pada susunya.

9# Sapi Ayrshire

Sesuai dengan namanya, sapi perah Ayarshire adalah jenis sapi perah yang berasal dari kawasan Ayr, Skotlandia. Wilayah ini tergolong cukup dingin dengan kelembapan yang tinggi serta sedikit ditumbuhi rumput hijau.
Ciri-ciri sapi ini adalah dengan tubuh berwarna putih dengan corak kecokelatan di beberapa bagian. Sapi ini memiliki bentuk tubuh yang besar, ekor yang panjang serta punggung yang lurus. Per tahun, sapi perah Ayarshire dapat memproduksi sekitar 4000 liter susu.

10# Sapi Hissar

Di Indonesia, sapi perah Hissar banyak diternakkan di wilayah Sumatra Utara dan Sumbawa. Per harinya, sapi ini dapat memproduksi susu sekitar 2.6 – 3 liter per hari. Masa laktasi dari sapi Hissar adalah 200 hari atau setara dengan 7 bulan.

Itu tadi beberapa jenis sapi perah yang dapat Anda ternakkan di Indonesia, menyesuaikan dengan iklim dan cuaca pada masing-masing daerah. Selain memilih jenis unggulan, jangan lupa untuk memaksimalkan perawatan dan kandang sapi, ya.


Semoga penjelasan di atas dapat menambah informasi para pembaca sekalian, ya!

Mari Beternak! Berikut Cara Budidaya Sapi Perah

  


Menjadi peternak? Memilih beternak sebagai pekerjaan?

Beternak merupakan kegiatan bisnis yang sudah umum dilakukan oleh leluhur kita sebagai sumber mata pencaharian. Namun, seiring berjalannya waktu, pekerjaan satu ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan ‘tidak menantang’. Ada beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan budidaya atau ternak, seperti ayam, kerbau dan sapi. Beternak sapi sendiri terdapat dua jenis yang berbeda, yakni beternak sapi pedaging dan beternak sapi perah.

Namun, memilih beternak sapi perah pada kondisi iklim Indonesia yang tropis ini ternyata cukup membuat kita memutar otak. Sapi perah umumnya datang dari kawasan sub-tropis, atau memiliki musim dingin yang cukup banyak dibandingkan dengan musim panas. Tapi jika Anda sudah menemukan tips dan trik yang pas, bisa dipastikan Anda akan sukses menjadi peternak sapi perah.

Di Indonesia sendiri, beternak atau budidaya sapi perah umumnya lebih cocok dilakukan di dataran tinggi dengan iklim yang sejuk. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa sapi perah umumnya berasal dari kawasan dengan hawa dingin yang dominan.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipelajari sebelum memiliki peternakan sapi perah sendiri. Yakni kandang sapi, memilih bakal ternak sapi, pakan dan minum, mengawinkan sapi perah, masa laktasi dan pemerahan sapi dan beberapa perawatan lainnya.

Kandang Sapi Perah

Mempersiapkan kandang untuk sapi perah adalah hal terpenting sebelum beternak. Kebersihan kandang dapat mempengaruhi stress atau tidaknya sapi selama diternakkan. Sapi perah yang nyaman dapat menghasilkan susu lebih maksimal dibandingkan dengan yang stress. Maka dari itu perlu diperhatikan dengan betul bagaimana kebersihan dan bentuk dari kandang sapi. Untuk ketinggian kandang, ukuran yang paling dianjurkan yakni sekitar 4 – 4.5 meter. 

Struktur dari kandang harus tersusun dari bahan dengan tingkat kekuatan yang baik, seperti besi, bambu, ataupun kayu. Untuk lantai, dianjurkan menggunakan bahan yang kuat, bersih, serta tidak berbahaya untuk sapi. Selain itu, sapi harus bisa mencapai tempat makan dan minum dengan mudah, namun sapi juga tidak bisa menginjak tempat tersebut. Faktor lain yang harus diperhatikan yakni saluran drainase atau pembuangan kotoran dan air. Saluran ini harus lancar dan berfungsi dengan baik karena sapi perah membutuhkan kebersihan yang optimal agar nyaman di kandang.

Pemilihan Bakal Ternak Sapi Perah

Jika diurutkan dari yang paling prima, sapi perah jenis Frisien Holstein adalah jenis sapi perah yang paling prima dalam menghasilkan susu. Tapi, peranakan sapi FH ini juga cukup mudah ditemukan di Indonesia.

Terdapat beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan calon peternak dalam memilih bakal ternak sapi perah. Antara lain:

  1. Bakal sapi perah harus sehat, tidak memiliki cacat tubuh, bebas parasit, dan kulit mulus.
  2. Calon peternak hendaknya mengetahui betul riwayat bakal ternak, beserta silsilah dari bakal ternak tersebut.
  3. Mata bakal ternak harus cerah atau tidak kusam, tidak berair ataupun tidak terdapat kotoran pada mata.
  4. Bakal ternak tidak mengeluarkan lendir dari hidung, napas bagus serta tidak memiliki gejala batuk.
  5. Bakal ternak memiliki kuku yang bagus dan sempurna bentuknya, tidak terdapat gejala bengkak. Apabila diraba, bakal ternak tidak bersuhu panas.
  6. Tidak terdapat tanda-tanda mencret di sekitar dubur.

Pakan dan Minum Sapi Perah

Sapi harus diberi akses air minum yang tidak terbatas. Karena untuk menghasilkan 1 kg susu, diperlukan 4 – 5 kg air. Air minum sapi harus terjaga kebersihan dan kuantitasnya. Sedangkan untuk pakan, sapi perah harus mendapatkan nutrisi yang seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. 


Pakan sapi perah dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu:

  1. Pakan Hijauan – yakni bahan-bahan berserat seperti berbagai jenis rerumputan, jerami padi, jerami jagung, leguminosa, pucuk tebu, dan daun kacang tanah. Per harinya, sapi perah membutuhkan 30-50 kg pakan hijauan, atau sekitar 10% dari bobot total. Pakan hijauan baiknya diberikan pada siang hari, yakni setelah pemerahan.
  2. Pakan Konsentrat – atau dapat disebut sebagai pakan penguat dapat berupa umbi-umbian, biji-bijian, atau limbah dari olahan pertanian. Seperti ampas tahu atau bungkil kedelai. Pakan ini dapat diberikan sekitar 1-2% dari total bobot sapi perah. Pakan konsentrat baik diberikan pagi hari, yakni sebelum pemerahan, atau sore hari.
  3. Pakan Tambahan – yakni dapat berupa mineral, vitamin, enzim, hormon, atau antibiotik. Pakan tambahan biasanya dihasilkan dari pabrik dan diberikan sesuai dengan anjuran masing-masing pakan.

Bagi sapi perah yang berada dalam masa menyusui atau laktasi – masa pemerahan, kebutuhan makanan dan minuman dapat ditambah sekitar 25% lebih banyak dari biasanya.

Mengawinkan Sapi Perah

Masa birahi sapi betina tergolong sangat pendek, yakni berkisar 15 hingga 18 jam. Waktu birahi selanjutnya baru akan tiba 21 hari mendatang. Sedangkan pada sapi jantan, masa birahi dapat berlangsung 2 hingga 3 hari.

Terdapat beberapa ciri-ciri sapi betina yang berada dalam masa birahi agar para peternak dapat mempersiapkan proses perkawinan. Yakni:

  • Sapi nampak gelisah
  • Vulva sapi berwarna merah dan mengeluarkan cairan
  • Nafsu makan sapi menurun
  • Sapi sering menaiki sapi lain, dan apabila dinaiki hanya diam
  • Sapi sering melenguh dan cenderung mendekati sapi jantan

Ada dua metode kawin sapi perah, antara lain:

Kawin Alami, dengan mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Satu ekor sapi jantan dapat kawin dengan 25-30 ekor sapi betina. Dalam peternakan kecil, proses perkawinan dapat dilakukan dengan meletakkan satu jantan dan satu betina yang sama-sama sedang birahi.

Kawin Suntik, dengan memasukkan sperma dari sapi jantan dengan alat tertentu ke dalam vagina sapi betina. Metode ini lebih praktis karena tidak perlu membawa sapi jantan pada sapi betina.

Masa Laktasi dan Pemerahan Sapi

A# Masa Laktasi

Sapi perah dapat memulai masa laktasi setelah berusia 2.5 tahun. Dalam 10 bulan, sapi betina dapat diambil susunya. Pada masa-masa awal, yakni dalam satu minggu setelah melahirkan, warna susu yang dihasilkan biasanya berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut dengan kolostrum yang ternyata mengandung banyak gizi. Kolostrum umumnya diberi pada bayi sapi.

Setelah satu minggu, sapi betina akan menghasilkan susu dalam jumlah yang fluktuatif. Yakni di awal, volumenya akan sedikit dan akan terus bertambah hingga nantinya menurun kembali pada bulan ke-10. Dalam masa laktasi ini, berat badan sapi mengalami kenaikan dan penurunan secara dinamis.

Sapi betina dapat terus produktif hingga mencapai usia 10 tahun. Puncak dari siklus produktivitasnya berada pada usia 7-8 tahun. Melewati usia 10 tahun, biasanya produksi susu akan berkurang secara drastis.

B# Pemerahan Sapi

Proses pemerahan dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Pada masing-masing proses, dibutuhkan 5-7 menit proses pemerahan. 


Untuk memerah susu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:

  • Kandang dan peralatan perah harus bersih
  • Badan sapi harus dibersihkan dulu dan tidak ada kotoran menempel di bagian belakang sapi
  • Pemerah susu atau orang yang memerah susu juga harus dalam keadaan bersih karena susu dapat menyerap berbagai bau
  • Ambing susu terlebih dulu dicuci dengan air hangat guna meminimalisir penceraman bakteri pada susu

Perawatan Lain

Ada beberapa perawatan lain yang harus rutin dilakukan pada sapi. Yakni:

  • Vaksin dan obat cacing
  • Bersih-bersih kandang sehari sebanyak 1-2 kali
  • Sapi dimandikan setiap hari agar selalu bersih

Kenali Penyakit Menular pada Sapi

 


Hewan ternak yang mengalami sakit tentu menjadi kendala dan menimbulkan kekhawatiran bagi peternak. Tidak hanya waktu dan tenaga yang terkuras, namun juga materi serta serangkaian kerugian lain dapat ditimbulkan dari hewan ternak yang sakit. Sapi memiliki beberapa penyakit yang dapat menulari sesama sapi, hingga menular ke manusia melalui kontak langsung ataupun melalui perantara. Pada artikel kali ini akan dijelaskan penyakit dan penyebab penyakit menular pada sapi.

Penasaran? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Berikut Jenis-jenis Penyakit Menular pada Sapi

1# Lepstospirosis

Penyakit lepstospirosis disebabkan oleh bakter Lepstospira interrogans. Penyakit ini biasanya menyerang mamalia, seperti sapi, anjing, babi, kambing, hingga tikus. Penyebaran penyakit lepstospirosis melalui urine hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Gejala dari lepstospirosis yang terlihat pada sapi adalah sapi terlihat lemah, menyebabkan keguguran, hingga hewan ternak menjadi mudah terjangkit penyakit lain. Penyakit lepstospirosis ini juga dapat menular pada manusia dengan gejala ringan seperti flu, hingga menyerang bagian ginjal dan hati.

2# Infeksi Ringworm

Penyakit infeksi ringworm atau jamur kulit ini masuk ke tubuh hewan ternak akibat dari lingkungan yang terinfeksi. Dikutip dari idntimes.com, berdasarkan penjelasan jurnal Virginia Polytechnic Institute and State University, ringworm pada hewan ternak dapat menyebabkan penyakit kebotakan pada sejumlah area serta menyebabkan kulit yang bersisik.

Penyakit ini dapat menular atau menginfeksi manusia apabila manusia tersebut melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Gejala yang muncul pada manusia juga mirip seperti pada sapi, yakni adanya area bersisik pada kulit yang gatal hingga menyebabkan iritasi kulit.

3# Salmonellosis

Seperti namanya, penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella. Bakteri ini banyak ditemukan di dalam perut dan kotoran hewan, terutama pada bayi dan betina yang sedang hamil. Hewan ternak yang terinfeksi oleh bakteri ini memiliki ciri-ciri demam, kotoran mengeluarkan bau yang busuk, dan sapi yang terlihat stress dan gelisah.

Penyakit Salmonellosis dapat menular ke manusia melalui kontak secara langsung dengan hewan yang sakit maupun dengan kotoran yang mengandung bakteri tersebut. Selain itu, juga dapat menular melalui konsumsi telur, susu atau daging yang belum dimasak sempurna. Pada manusia, muncul gejala seperti kram perut, diare dan demam dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

4# Infeksi E.Coli

Penyakit selanjutnya adalah infeksi E. coli yang disebabkan oleh infeksi bakteri Esterichia coli. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam usus serta kotoran hewan ternak. Umumnya, bakteri ini tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya. Namun tetap memberi gejala yang dapat menjadi parah dari waktu ke waktu.

Gejala yang ditimbulkan seperti kram perut, diare, feses yang mengandung mukus atau darah, hingga yang paling parah adalah munculnya sindrom hemolitik uremik atau rusaknya sel darah merah yang juga menjadi penyebab penyakit gagal ginjal.

Infeksi E. coli dapat menular pada manusia dengan kontak langsung antara manusia dan hewan, serta mengonsumsi daging yang belum dimasak sempurna. Hal ini dapat dihindari dengan rajin mencuci tangan dengan bersih setelah melakukan kontak dengan hewan ternak, menyimpan daging di kulkas dan memasak daging hingga benar-benar matang, serta menjaga kebersihan makanan.

5# Giardiasis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit Giardia lamblia. Parasit ini biasa ditemukan dalam perut hewan ternak, namun biasanya tidak muncul gejala penyakit pada ternak. Parasit ini akan membuat infeksi apabila menyentuh manusia.

Giardiasis dapat menular melalui air dan makanan yang terkontaminasi dengan kotoran hewan. Umumnya, penyakit giardiasis menimbulkan gejala kram perut, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Yang paling rentan dengan parasit ini adalah bayi dan anak-anak.

6# Q Fever

Penyakit Q Fever adalah jenis penyakit langka yang dapat membuat hewan ternak mengalami keguguran. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Caoxiella burneti. Penyakit ini dapat menular ke sesama hewan ternak, juga menular ke manusia.

Penyakit Q Fever bisa menular pada manusia melalui cairan tubuh dan jaringan. Biasanya, mereka yang terkena penyakit ini adalah mereka yang membantu melakukan proses aborsi ataupun kelahiran pada hewan ternak. Selain itu, infeks Q Fever juga dapat menular melalui hasil susu yang belum dipasteurisasi.

Gejala yang biasa muncul apabila terjangkit penyakit Q Fever yakni demam disertai keringat dingin di malam hari. Pada kasus tertentu, infeksi Caoxiella burneti dapat menyebabkan hepatitis hingga pneumonia.

7# Infeksi Cryptosporidium

Jenis penyakit lainnya yang dapat menular adalah infeksi parasit Cryptosporidium atau cryptosporidiosis. Berbeda dengan bakteri E. coli, parasit ini dapat ditemukan pada perut dan air dari hewan ternak. Manusia dapat tertular parasit ini dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi parasit. Selain itu juga dapat melalui kontak langsung dengan hewan yang sudah menjadi carrier.

Gejala yang ada pada manusia antara lain yakni demam, kram otot, sakit perut, diare, hingga muntah. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan bersih setelah melakukan kontak secara langsung dengan hewan ternak. Juga, mencuci tangan sebelum memegang makanan.

8# Anthrax

Selanjutnya adalah penyakit anthrax atau radang limpa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Gejala yang dapat dilihat pada hewan ternak adalah demam hingga 42 derajat Celcius, keluar darah dari lubang kumlah – sepertu telinga, hidung, mulut, anus dan lubang kelamin; berwarna hitam seperti oli bekas, bangkai hewan cepat membusuk dan menggembung, adanya warna kebiruan pada selaput lendir.

9# Pink Eye

Penyakit ini merupakan jenis penyakit mata akut yang dapat menular. Pink Eye ditandai dengan gejala kemerahan dan kekeruhan pada selaput mata. Gejala klinis yang dapat terliha adalah kemerahan di bagian mata yang putih lalu diikuti dengan bengkaknya bagian kelopak mata, serta belekan.

10# Scabies

Penyakit scabies adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh ektopaasit. Penyakit ini menyerang bagian kulit hewan ternak. Gejalanya adalah gatal, hewan ternak selalu menggaruk, menggosok, atau menggigit bagian tubuh yang terjangkit scabies. Munculnya luka-luka dan lecet, kulit yang mengeras dan menebal juga merupakan efek dari scabies.

11# Tympani atau Kembung

Penyakit ini merupakan terjadinya penimbunan gas di saluran pencernaan yang diakibatkan oleh pemberian jenis makanan yang cepat mengalami fermentasi dan hewan ternak tidak dapat mengimbangi pengeluaran gas. Akibatnya, gas menjadi menumpuk.

Gejala yang muncul adalah hewan ternak susah bernapas, perut bagian kiri membesar dan berbunyi seperti kendung jika dipukul, gelisah, dan punggung membungkuk.

12# Septisemia Epizootica (SE)

Penyakit septisemia epizootica atau SE merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Gejalanya antara lain adalah hewan mengalami demam, gemetar, mengeluarkan suara ketika bernapas atau ngorok, serta muncul batuk hingga menyebabkan hewan ternak menjadi kurus.


Semoga penjelasan di atas dapat memberikan informasi untuk para pembaca sekalian ya. Stay safe and stay healthy!


Kembali ke Bahan Alami: Beragam Jenis Makanan Penggemuk Sapi

 


Sapi yang gemuk dan sehat merupakan idaman semua para peternak. Sapi yang memiliki tubuh yang sehat dan bugar tentu akan menghasilkan produk yang sehat dan berkualitas tinggi. Namun, seringkali peternak menggunakan bahan-bahan kimia guna mendapatkan ternak sapi yang gemuk dan sehat.

Nyatanya, masih banyak pakan berbahan alami yang dapat dijadikan sebagai pakan penggemuk ternak sapi. Apa saja? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Macam-Macam Pakan Sapi

Pakan untuk ternak sapi dapat dibedakan menjadi 5 kelompok. Yakni pakan hijauan, pakan konsentrat, pakan alternatif, pakan silase, serta pakan berupa suplemen tambahan.

1# Pakan Hijauan

Pakan hijauan merupakan pakan utama dari ternak sapi. Tedapat beberapa jenis pakan hijauan yang dapat dikonsumsi oleh ternak sapi. Antara lain:

Rumput-Rumputan Hijau

Rumput merupakan jenis pakan yang identik dengan hewan ternak mamalia. Untuk peternak berskala kecil, rumput ini diperoleh di pinggir jalan, sungai ataupun kawasan dekat tambak. Sedang untuk peternak berskala besar, rumput-rumputan ini biasanya menyediakan rumput hasil dari menanam sendiri.

Jenis-jenis rumput hijauan yang dapat dijadikan pakan untuk sapi antara lain:

  • Rumput Australia
  • Rumput Gajah
  • Rumput Setaria
  • Rumput Kalanjono
  • Rumput Raja, dan lain-lain

Leguminosa (Jenis Kacang-Kacangan)

Leguminosa atau biasa disingkat menjadi legum ini merupakan jenis pakan dari daun kacang-kacangan. Antara lain:

  • Daun lamtoro
  • Gamal
  • Kaliandra
  • Sentro
  • Daun kacang tanah, dan lain-lain

Limbah Panen

Yang dimaksud dengan limbah panen adalah pakan hijauan yang didapatkan dari sisa panen. Pakan ini dapat langsung diberikan pada ternak atau dikeringkan dan difermentasikan lebih dulu. Antara lain:

  • Daun Kacang
  • Jerami Padi
  • Daun Tebu
  • Tebon Jagung
  • Indigofera

Jenis tanaman ini memang terdengar cukup asing, namun indigofera sangat populer di kawasan Jawa Barat dan Banten. Untuk memberikan pakan menggunakan tanaman ini, hendaknya jangan menggunakan tanaman atau daun yang baru diberi pestisida.

Zat pada pestisida dapat menyebabkan sakit perut dan mencret pada ternak sapi. Apabila terdapat indikasi pemberian pestisida pada daun, hendaknya daun dikeringkan lebih dulu sebelum diberika pada ternak.

2# Pakan Konsentrat

Yang dimaksud dengan pakan konsentrat adalah jenis pakan yang merupakan campuran dari berbagai bahan yang berfungsi menambah gizi pada ternak sapi. Terdapat dua jenis konsentrat, yakni konsentrat basah dan konsentrat kering. Konsentrat basah dapat diberikan langsung pada ternak, sedangkan konsentrat kering memiliki ketahanan dan daya simpan lebih lama.


Untuk membuat konsentrat, peternak dapat menggunakan berbagai bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar. Namun, ada juga konsentrat langsung pakai yang biasa tersedia di berbagai toko atau kios ternak.

Terdapat beberapa bahan alami yang mudah ditemukan dan mudah dibuat sebagai konsentrat alami ternak. Antara lain:

1# Ampas Tahu

Tingginya kandungan protein pada ampas tahu membuat bahan ini cocok dijadikan bahan campuran pakan konsentrat untuk ternak sapi. Dari penelitian yang dilaksanakan oleh UGM, menunjukkan hasil bahwa ampas tahu yang dicampur dengan bioethanol berbahan dasar singkong dapat menaikkan bobot ternak sapi Bali.

Pakan konsentrat berbahan dasar ampas tahu dapat menurunkan food conversion ratio atau konversi pakan, dimana dibutuhkan sedikit pakan untuk menaikkan bobot ternak sapi dibandingkan dengan campuran pakan sebelumnya.

2# Ampas Ketela

Jenis bahan alami lain yang cocok untuk pakan konsentrat adalah ampas ketela. Ampas ketela pohon atau singkong ini dapat diberikan pada ternak sapi dengan diberikan langsung ataupun dicampur dengan dedak. Campuran ampas ketela dengan dedak menghasilkan konsentrat yang lebih bagus untuk ternak sapi.

Penelitian yang dilakukan oleh Litbang dari Kementerian Pertanian menunjukkan hasil bahwa ampas ketela ternyata tidak bagus untuk difermentasi. Namun, dapat meningkatkan bobot ternak sekitar 1,3 kg/hari.

3# Bungkil Jagung

Penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia di kawasan Maros, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa bungkil jagung atau bonggol jagung yang digunakan sebagai bahan pakan konsentrat dapat menaikkan bobot ternak sapi hingga 0,88 kg/hari.

Pemberian pakan konsentrat dengan kandungan bungkil atau bonggol jagung ini dapat diberikan secara langsung pada ternak ataupun difermentasi terlebih dulu. Pastikan bungkil jagung telah tergiling agar dapat dikonsumsi dengan mudah oleh ternak.

4# Bungkil Kelapa

Pemberian bungkil kelapa sebagai pakan konsentrat, menurut penelitian yang dilakukan UGM, ternyata dapat menambah bobot ternak sapi. Pemberian pakan ini sebanyak 15% dalam campuran konsentrat untuk sapi Bali.

Bungkil kelapa sendiri adalah sisa atau ampas dari pembuatan minyak kelapa. Limbah ini mengeluarkan bau tengik apabila didiamkan terlalu lama. Ada baiknya bungkil kelapa dikeringkan dan langsung diproses sebagai pakan konsentrat. Bau menyengat pada makanan dapat menurunkan nafsu makan sapi.

5# Dedak

Dedak adalah sejenis limbah dari proses penggilingan kulit dan rambut padi. Pakan dedak ini dapat diberikan secara langsung pada ternak dengan dicampur air, ataupun dicampur dengan jenis ampas lainnya.

3# Pakan Alternatif

Adanya pakan alternatif untuk ternak sapi merupakan akibat kelangkaan atau terbatasnya pakan hijauan dan pakan konsentrat, sedangkan kebutuhan daging sapi semakin meningkat tiap waktu. Adapun pakan-pakan alternatif tersebut adalah:

1# Bonggol Ketela

Pemberian bonggol ketela yang masih basah dapat berbahaya untuk ternak sapi. Pemberian pakan alternatif bonggol ketela ini diberikan dengan cara tertentu. Yaitu dengan menggiling bonggol ketela yang masih basah, kemudian jemur hasil gilingan hingga kandungan air hilang sebanyak 90%, kemudian diberikan kepada ternak sapi setelah kering dan tidak panas.

2# Kulit Ketela

Jenis pakan alternatif lainnya adalah kulit ketela. Untuk pakan ini, dapat diberikan langsung pada ternak atau terlebih dahulu dikeringkan. Kulit ketela yang dikeringkan dapat diberikan kepada sapi di lain hari apabila pakan hijauan dan konsentrat kembali langka.

3# Bonggol Jagung

Selain menjadi pakan konsentrat, ternyata bonggol atau bungkil jagung dapat diberikan pada ternak sebagai pakan alternatif. Pemberian bonggol jagung dapat diberikan saat basah ataupun kering. Untuk mengeringkan bonggol jagung, terlebih dahulu bonggol dijemur hingga kering dan kemudian digiling hingga halus menjadi tepung bonggol jagung.

4# Silase

Silase adalah salah satu metode pengawetan bahan pakan hijauan. Yakni dengan menyisakan kadar air sekitar 60 hingga 70 persen dalam keadaan anaerob dalam drum silo. Salah satu bahan pakan hijauan yang dapat dilakukan silase adalah rumput gajah.


Adapun cara silase untuk rumput gajah adalah sebagai berikut:

Bahan dan Alat:

  • 100 kg Rumput Gajah
  • 4 kg Dedak Halus
  • 2 kg tetes tebu atau molasses
  • Arit
  • Sekop atau Alat Pengaduk
  • Silo

Cara Membuat Silase:

  • Pertama, potong rumput gajah hingga mencapai ukuran 5 cm.
  • Kemudian campurkan potongan rumput gajah dengan molasses dan dedak halus.
  • Aduk bahan-bahan tersebut hingga rata sempurna.
  • Lalu, masukkan bahan yang sudah tercampur rata ke dalam silo dan padatkan. Rasio ideal yakni silo 1 meter kubik dapat memuat 650 kg bahan silase yang dipadatkan.
  • Kemudian tutup rapat silo yang telah terisi dan usahakan tidak terdapat udara yang masuk.
  • Tindih tutup silo dengan karung berisi tanah, lalu diamkan selama 21 hari.
  • Silase yang berhasil dibuat biasanya ditandai dengan bau asam dan tidak berjamur.

Empat Teknik Pakan untuk Penggemukan Sapi

 

Sapi yang gemuk adalah idaman setiap peternak. Tidak hanya sehat, sapi yang gemuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi pula. Namun, terdapat beberapa kendala dalam proses penggemukan sapi. Seperti sapi yang terjangkit penyakit, nafsu makan sapi yang berkurang hingga ternak yang stress dapat berpengaruh pada gemuk atau tidaknya ternak.

Pada artikel kali ini akan dibahas empat teknik pemberian pakan yang dapat digunakan sebagai penggemukan ternak sapi. Apa saja? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Empat Teknik Pemberian Pakan dalam Penggemukan Sapi

Untuk membentuk sapi menjadi ternak yang gemuk dan sehat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak. Yakni teknik pemberian pakan atau ransum ternak, luas lahan dari kandang atau tempat bergerak untuk ternak, umur dan kondisi ternak sapi yang akan digemukkan, hingga rentang waktu atau lama penggemukan.

Peternakan luar negeri memiliki beberapa teknik penggemukan sapi. Yakni dengan metode pasture fattening, dry lot fattening serta kombinasi dari dua metode tersebut. Sedangkan di Indonesia, metode penggemukan sapi lebih dikenal dengan metode kereman atau sistem paron (Timor).

1# Metode Dry Lot Fattening

Yang dimaksud dengan metode dry lot fattening adalah metode penggemukan sapi dengan memperbanyak pemberian pakan jenis konsentrat. Rasio dari pakan adalah pakan konsentrat lebih banyak dan lebih intens diberikan dibandingkan dengan pemberian pakan hijauan. Hal ini dimaksudkan agar efisiensi dari penggunaan pakan lebih tinggi dari biasanya.

Perbandingan atau rasio pakan hijauan dengan pakan konsentrat yakni antara 40:60 hingga 20:80 dalam tiap pemberian. Jumlah perbandingan ini berdasarkan pada bobot bahan kering atau BK.

Metode pemberian pakan ini dilakukan di dalam kandang ternak dengan pemberian pakan konsentrat dan pakan hijauan di dalam kandang. Jadi, pemberian kedua pakan ini dapat disesuaikan dengan porsi waktu yang tepat dengan jumlah takaran yang akurat.

Dengan metode ini, ada baiknya pakan hijauan selalu tersedia untuk ternak sapi. Apabila ternak masih terlhat lapar, dapat diberikan pakan hijauan lagi sehingga dapat terlibat dalam peningkatan bobot tubuh pada ternak.

Metode ini dapat dimulai pada anak sapi atau pedet yang masih menyusu (pedet susu), atau dapat juga diaplikasikan pada anakan sapi perah jantan yang sejak lahir sudah diberi ransum pakan berkualitas tinggi dan ditempatkan pada kandang khusus.

2# Metode Pasture Fattening

Metode penggemukan sapi dengan pasture fattening adalah dengan menggembalakan sapi di padang penggembalaan, atau lahan yang disediakan khusus untuk sapi, sepanjang hari. Ternak sapi dapat kembali ke kandang saat malam hari atau saat matahari bersinar terik.

Lahan atau padang yang baik untuk metode penggemukan ini adalah lahan tersebut ditanami atau ditumbuhi pakan hijauan seperti rumput-rumputan dan leguminosa. Lahan untuk penggembalaan sapi yang hanya ditumbuhi rerumputan berdampak kurang baik untuk laju pertumbuhan ternak sapi. Ada baiknya lahan juga ditanami dengan jenis leguminosa agar kualitas pakan sapi selama digembalakan menjadi lebih baik.

Pakan leguminosa memiliki kemampuan yang baik dalam menangkap nitrogen. Nitrogen ini dapat membuat tanah di bawah leguminosa menjadi lebih subur dan sangat baik untuk pertumbuhan rerumputan. Selain itu, leguminosa juga memiliki kandungan proten yang tinggi dan baik untuk ternak sapi.

Dalam metode penggemukan ini, yang perlu diperhatikan adalah cara penggembalaan sapi. Dengan metode pasture fattening, pemanfaat pakan hijauan hendaknya dilakukan secara efisien dan optimal. Pengaturan pakan hijauan juga sangat penting. Misalnya dengan membagi lahan pakan hijauan menjadi beberapa tempat, sehingga ketersediaan pakan juga semakin banyak dan sapi memiliki pergerakan yang baik.

Selain pakan, ternak sapi juga hendaknya disiapkan minum yang cukup dan mudah dijangkau sehingga peternak tidak perlu repot memberi minum ke ternak sapi saat digembalakan.

3# Metode Kombinasi Dry Lot dan Pasture Fattening

Seperti namanya, metode yang satu ini merupakan metode kombinasi dari dry lot dan pasture fattening. Dengan metode ini, saat musim hujan datang, maka sapi dapat dilepaskan di padang atau lahan gembala dan tidak harus ditaruh di dalam kandang.

Sebaliknya, pada musim kemarau, sapi ditempatkan di kandang dan diberi pakan penuh. Saat siang hari, sapi dapat dilepas di padang atau lahan gembala. Sedangkaan saat malam, sapi dapat ditempatkan di dalam kandang dan diberi pakan jenis konsentrat.

Penggemukan sapi dengan metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode dry lot fattening. Namun juga memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode pasture fattening.

Dari metode ini didapatkan hasil bahwa ternak sapi yang awalnya hanya dipelihara dengan dilepaskan di lahan atau padang penggembalaan dan diberi pakan konsentrat penuh beberapa bulan sebelum dijual menghasilkan bobot yang lebih baik dibandingkan dengan sapi yang sejak awal pemeliharaan diberikan pakan hijauan dan pakan konsentrat secara seimbang.

4# Metode Kereman atau Sistem Paron

Metode kereman atau sistem paron ini sebenarnya memiliki metode yang mirip dengan dry lot fattening. Dimana ternak sapi diberi pakan hijauan dan pakan konsentrat dan sapi ditempatkan di dalam kandang selama pemeliharaan.

Yang membedakan, metode kereman ini lebih banyak digunakan oleh peternak tradisional atau peternak kecil dengan pemberian pakan untuk ternak menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Saat masuk musim hujan, ternak sapi diberi pakan hijauan lebih banyak dan lebih intens. Sedangkan saat musim kemarau, ternak sapi diberi pakan konsentrat lebih banyak.

Adapun cara mengemukkan sapi dengan metode kereman atau sistem paron adalah sebagai berikut:

  1. Ternak sapi ditempatkan di dalam kandang sepanjang pemeliharaan berlangsung dan tidak dilepas di lahan atau padang untuk penggembalaan. Ternak sapi dikeluarkan dari kandang pada waktu-waktu tertentu. Seperti saat kandang akan dibersihkan atau saat memandikan ternak.
  2. Seluruh kebutuhan untuk ternak sapi, seperti kandang dan air minum disediakan dengan jumlah tak terbatas oleh peternak.
  3. Penggemukan sapi dengan metode ini lebih mengutamakan pemberian pakan  dengan campuran rerumputan, leguminosa dan pakan penguat untuk ternak sapi.
  4. Ternak sapi yang digemukkan tidak difungsikan sebagai tenaga kerja atau membantu pekerjaan peternak. Hal ini dimaksudkan agar setiap makanan yang dikonsumsi oleh ternak sepenuhnya menjadi daging dan lemak, sehingga pertumbuhan dan bobot ternak naik dengan cepat dan signifikan.
  5. Di awal masa penggemukan dengan metode kereman, ternak sapi lebih dulu diberikan obat cacing oleh peternak.
  6. Peternak memberikan obat perangsang nafsu makan dan vitamin untuk ternak sapi dengan tujuan meningkatkan palatabilitas atau nafu makan ternak.
  7. Dengan metode kereman atau sistem paron ini, lama proses penggemukan adalah antara 4 hingga 10 bulan. Hal ini berdasarkan kondisi awal dan bobot awal dari ternak sapi yang akan digemukkan.

Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan para pembaca sekalian, ya!

Cara Menjaga Kebersihan Kandang Sapi

 


Dalam kehidupan sehari-hari kita, menjaga kebersihan sangatlah penting. Kebersihan lingkungan dapat memunculkan kesejahteraan dan kesehatan yang tinggi pada mereka yang tinggal di sekitarnya. Hal ini juga berlaku untuk ternak yang kita miliki.

Menjaga kebersihan kandang ternak sapi dapat membawa banyak manfaat dan keuntungan, terutama pada kesehatan dan tingkat stress pada ternak sapi. Menjaga kebersihan kandang juga dapat menjaga kualitas dari produk sapi itu sendiri, seperti daging pada ternak sapi potong dan susu pada ternak sapi perah.

Dalam menjaga kebersihan kandang ternak sapi ini, tentu banyak kendala dan tantangan tersendiri. Dibutuhkan ketelatenan yang tinggi dan jadwal yang teratur untuk membuat kandang ternak tetap bersih dan bebas dari segala hama, bakteri, virus maupun kutu yang dapat mengancam kesehatan ternak.

Nah, pada artikel kali ini akan dijelaskan sedikit mengenai kiat-kiat menjaga kebersihan kandang ternak sapi. Apa saja? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!

Apa itu Kandang Sapi?

Yang dimaksud dengan kandang yakni sebuah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal ternak, dengan tujuan pembangunan untuk melindungi hewan ternak dari sengatan sinar matahari langsung, gangguan binatang buas, angin, hujan, dan memudahkan dalam pengelolaan serta pengawasan.

Dalam prosesnya, kandang ternak sapi biasanya memiliki dua jenis kandang. Yakni kandang koloni dan kandang individu atau kandang tunggal.

1# Kandang Koloni

Kandang koloni yakni jenis kandang ternak sapi yang terdiri dari satu bangunan atau satu ruangan yang digunakan untuk mengawasi dan memelihara beberapa atau sekelompok ternak sapi. Kandang jenis ini umumnya digunakan untuk perusahaan peternakan sapi potong, dimana satu kandang koloni dapat menampung 40 hingga 50 ekor ternak sapi.

Menggunakan kandang koloni memudahkan pemilik dalam mengelola, mengawasi dan merawat hewan ternak. Selain itu, pemanfaatan sumber daya manusia sebagai pengawas dan pelaksana lapangan semakin efisien.

2# Kandang Individu atau Tunggal

Sesuai dengan namanya, kandang jenis individu atau tunggal ini adalah kandang dengan satu bangunan atau ruangan yang diperuntukkan satu ekor ternak sapi. Jenis kandang individu atau tunggal memiliki dua bentuk kandang, yakni kandang tradisional serta kandang intensif.

3# Kandang Individu Tradisional

Kandang jenis ini umumnya digunakan oleh petani peternak yang memiliki hewan ternak antara 1 hingga 3 ekor sapi, Kandang dibuat secara tradisional dimana umumnya dibangun dengan desain dan bentuk yang sederhana dari bahan papan, kayu, genting, atau bahan atap dari ijuk atau rumbia.

Sedang untuk lantainya dibuat menggunakan tanah yang dipadatkan tanpa disemen atau diplur. Kandang individu tradisional biasanya belum memenuhi standar kesehatan, baik untuk ternak yang dipelihara maupun untuk kesehatan pemiliknya.

Hal ini dikarenakan modal yang terbatas dan pengetahuan seputar pemeliharaan hewan ternak yang sangat terbatas pada pemilik. Selain itu, pemakaian kandang ini biasanya dilakukan secara turun-temurun, mulai dari cara pemeliharaan hingga pembangunan kandangnya.

4# Kandang Individu Intensif

Berbeda dengan kandang individu tradisional, kandang intensif umumnya memiliki ukuran relatif besar dan luas. Jenis kandang ini biasanya dibangun oleh perusahaan peternakan dengan skala menengah keatas atau oleh mereka yang memiliki modal yang cukup besar dengan pengetahuan yang cukup baik dalam pemeliharaan hewan ternak sapi.

Kandang individu intensif dibangun dengan bahan-bahan bersifat permanen, seperti dinding tembok keliling yang terbuka, dinding kayu, papan atau tanpa dinding – hanya menggunakan pembatas dari bahan pipa besi. Dengan bentuk yang sedemikian rupa, ventilasi sebagai pertukaran udara dalam dan luar kandang terjadi dengan baik. Selain itu, lantai dari kandang jenis ini umumnya memiliki lantai semen atau lantai dicor. Tempat pakan juga menggunakan bahan yang sama untuk ketahanan yang lebih lama.

Pengertian Sanitasi Kandang Ternak Sapi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata ‘sanitasi’ memiliki arti sebagai suatu usaha dalam membina dan menciptakan keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Tidak hanya berlaku untuk manusia, sanitasi ini juga dapat diberlakukan pada hewan ternak seperti sapi.

Sanitasi kandang ternak sapi sendiri adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud menjaga kesehatan ternak sapi. Kegiatan sanitasi sendiri berlangsung dalam beragam rangkaian atau urutan kegiatan kebersihan demi mewujudkan kandang sapi yang bersih dan sehat untuk ternak sapi.

Tujuan dilakukan kegiatan sanitasi secara berkala ini adalah untuk meningkatkan kebersihan ternak sapi dari beragam jenis kutu dan parasit, meminimalisir adanya penyakit yang dapat menjangkiti ternak sapi yang disebabkan oleh jamur, mikroorganisme pencemar, virus, ataupun jenis parasit lainnya.

Selain untuk menjaga kesehatan sapi, sanitasi kandang juga berguna untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar serta kesehatan pemilik. Terlebih banyak penyakit atau parasit dari sapi yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya pada manusia.

Untuk melakukan sanitasi kandang ternak sapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemilik. Antara lain:

A# Kebersihan Kandang Ternak Sapi

Terdapat empat komponen utama dari kebersihan kandang ternak sapi. Antara lain:

  1. Tidak ditemukan kotoran ternak sapi
  2. Tidak ada sisa makanan ternak sapi yang berceceran dalam kandang
  3. Tidak ada genangan air
  4. Tidak terdapat sampah lain dalam kandang ternak

B# Rangkaian Kegiatan Sanitasi Kandang Ternak Sapi

Pada rangkaian kegiatan sanitasi kandang sapi ini, dapat dilakukan, dan hendaknya, dilakukan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan kandang ternak dari berbagai penyebab penyakit berbahaya pada sapi maupun pemilik peternakan. Berikut penjelasannya.

1# Menjaga Kebersihan Alat-Alat Kandang Ternak

Dalam usaha pemeliharaan ternak sapi, terdapat beberapa alat yang digunakan. Alat-alat tersebut tidak luput dari kegiatan sanitasi. Antara lain:

  1. Membersihkan alat dengan sabun.
  2. Penggunaan bahan desinfektan setiap membersihkan alat, seperti tepung kapur atau lysol.
  3. Alat yang sudah dibersihkan harus langsung dijemur di bawah sinar matahari langsung untuk membunuh bakteri atau parasit yang menempel.

2# Menjaga Kebersihan Kandang Ternak

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya menjaga kebersihan di dalam kandang. Antara lain:

  1. Kandang ternak hendaknya memiliki ventilasi yang baik. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pertukaran udara dari dalam ke luar kandang. Ventilasi yang baik dapat menghindarkan ternak dari jamur ataupun parasit yang mudah muncul di kandang yang lembab. Selain itu, pertukaran udara yang baik dapat meminimalisir kadar amonia di dalam kandang.
  2. Memilih arah kandang yang baik, termasuk tidak menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam kandang. Cahaya matahari dapat membantu menjaga kandang tetap kering dan menjauhkan ternak dari jamur serta bakteri berbahaya.
  3. Tidak menimbun kotoran ternak sapi di dalam kandang. Hal ini akan meningkatkan kadar amonia serta meningkatkan resiko ternak terkena virus, bakteri ataupun parasit yang biasa muncul dalam kotoran. Bau yang menyengat serta kandang kotor bisa meningkatkan tingkat stres pada ternak sapi.
  4. Mengusahakan segera menghilangkan genangan air yang muncul dalam atau di sekitar kandang. Genangan air dapat menimbulkan banyak lalat dan nyamuk yang bisa memperparah tingkat kekotoran kandang dan lingkungan sekitar. Selain itu, genangan air juga dapat menjadi media perkembangan mikroorganisme pencemar lainnya.
  5. Desain kandang dengan baik agar mudah dibersihkan. Bangunan kandang yang terlalu rumit atau menghalangi satu sama lain dapat mempersulit proses pembersihan, serta rawan terjadi penumpukan kotoran di celah atau bagian yang tidak terlihat.
  6. Sisa-sisa pakan dan dedak harus segera dibersihkan dari lantai kandang. Sisa makanan yang tidak segera dibuang dapat menimbulkan kebusukan dan menciptakan bakteri berbahaya bagi ternak maupun lingkungan sekitar.

3# Menjaga Kebersihan Area Luar Kandang

Kegiatan sanitasi di luar kandang dapat dilakukan dengan tidak menimbun sampah ataupun limbah dari kandang ternak. Limbah dan sampah yang menimbun dapat menciptakan media berkembang biaknya bakteri, parasit, kutu, dan virus berbahaya bagi ternak maupun bagi wilayah sekitar kandang.


4# Menjaga Kebersihan Ternak Sapi

Selain kandang, tubuh ternak juga perlu dirawat dan dipelihara kebersihannya. Harap perhatikan apakah terdapat luka gores pada kulit sapi. Jika ada, harus segera diobati dan diusahakan luka mongering secepat mungkin untuk meminimalisir kontak langsung dengan lalat ataupun kotoran dalam kandang.

Luka yang terkena kotoran dapat menimbulkan banyak penyakit lainnya, termasuk penyakit kulit pada sapi. Selain itu, mandikan sapi sekali atau dua kali sehari untuk membersihkan kotoran di kulit sapi. Hal ini untuk mencegah adanya kutu dan parasit yang menempel pada ternak.

Kotoran ternak yang menempel di bagian kulit atau rambut sapi dengan tingkat ketebalan sedang hingga tinggi dapat mengganggu kenyamanan sapi, sehingga sapi rentan stress. Juga, ternak sapi mengalami kesulitan untuk mengatur suhu tubuh.

5# Menjaga Kebersihan Petugas Kandang

Selain hewan ternak dan kandangnya, petugas kandang juga perlu dijaga kebersihannya. Yakni dengan cara rutin mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan kontak langsung dengan ternak maupun setelah membersihkan kandang. Hal ini untuk menjaga petugas sendiri dan hewan ternak dalam pengawasannya.

6# Menjaga Kebersihan Pakan Ternak

Ada baiknya memberi pakan segar pada ternak yang benar-benar bersih dan segar. Jika pakan tidak sengaja terinjak dan bercampur dengan tanah, harus segera dibuang agar tidak dikonsumsi oleh ternak.

 

Mengenal Apa Itu Vaksin/Vaksinasi pada Sapi dan Cara Penggunaannya ?

 


Tidak hanya manusia, ternyata hewan ternak seperti sapi juga memerlukan vaksin untuk mencegah terjangkitnya penyakit-penyakit berbahaya selama sapi diternakkan. Jenis penyakit ini juga terjadi dari berbagai penyebab, mulai dari penyakit menular antara sesama sapi, jamur, bakteri, virus, parasit ataupun kutu pada sapi.

Selain untuk mencegah penyakit, vaksin pada ternak sapi dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak, pemilik, serta lingkungan sekitar kandang ternak sapi. Hal ini dikarenakan ada beberapa penyakit berbahaya dari sapi yang dapat menular ke manusia melalui perantara bakteri atau virus.

Serta, daging sapi yang dimasak tidak sempurna juga dapat menularkan penyakit berbahaya. Oleh sebab itu, vaksinasi pada sapi dinilai penting untuk menjaga kesehatan sesama dan habitatnya.

Apa Itu Vaksin dan Vaksinasi?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘vaksin’ memiliki pengertian sebagai bibit penyakit yang telah dilemahkan yang kemudian digunakan untuk vaksinasi. Sedangkan kata ‘vaksinasi’ berarti sebagai penanaman vaksin atau bibit penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum ke tubuh. Tujuan kegiatan vaksinasi adalah untuk memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu pada si penerima vaksin – baik manusia atau binatang.

Disadur dari kompas.com, vaksinasi adalah ide awal yang dikembangkan oleh seorang dokter bedah bernama Edward Jenner. Dokter tersebut merupakan kelahiran Berkeley, Britania Raya, pada 17 Mei 1794.

Nama ‘vaksinasi’ sendiri muncul ketika Edward Jenner pertama kali menemukan cara pencegahan terhadap wabah penyakit cacar yang disebabkan oleh virus vaksinia di sekitaran tahun 1796. Virus ini tercatat dibawa oleh hewan sapi.

Pemberian vaksin atau kegiatan vaksinasi ini diawali oleh pengamatan yang dilakukan oleh Edward Jenner pada sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar peternakan sapi. Pengamatan ini dilakukan pada saat wabah masih jarang menjangkiti masyarakat.

Kemudian, Edward Jenner menemukan bahwa ternak sapi yang ada dalam peternakan mengalami sakit cacar yang kemudian disebut sebagai cacar sapi. Untuk mencegah meluasnya kasus cacar, Edward Jenner kemudian mengambil sampel cairan sapi.

Edward kemudian menyuntikkan virus penyebab penyakit cacar itu pada sekelompok orang yang dijadikan objek penelitian untuk melihat bagaimana objek menerima dan bagaimana virus tersebut dapat memberi dampak pada objek. Penelitian berlangsung dimana wabah penyakit cacar kembali menjangkiti masyarakat.

Pada akhirnya ditemukan bahwa sekelompok orang yang telah disuntikkan virus tersebut tidak mengalami penyakit yang sama dan memiliki gejala dengan golongan ringan dibandingkan dengan masyarakat lainnya pada saat wabah terjadi.

Dari penemuan tersebut kemudian vaksin dan kegiatan vaksinasi dikembangkan lebih luas lagi hingga muncul banyak jenis vaksin yang digunakan pada manusia maupun binatang. Vaksin-vaksin yang ada berhasil menekan angka kematian akibat patogen atau virus berbahaya.

Tujuan Vaksinasi pada Hewan Ternak

Kegiatan vaksinasi pada hewan ternak memiliki tujuan untuk memunculkan reaksi atau respon pada tubuh hewan ternak. Caranya yakni dengan memasukkan agen penyebab penyakit dalam dosis tertentu – bisa dengan menyuntikkan atau dengan cara lainnya.

Penyuntikan ini diharapkan dapat memunculkan reaksi kekebalan yang kemudian meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada hewan ternak. Sistem kekebalan ini kemudian akan memberi reaksi yang cepat dan efektif terhadap jenis penyakit yang diperkirakan dapat menyerang hewan ternak saat berada di luar kandang atau di luar pengawasan.


Jadi, kegiatan vaksinasi ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit tertentu yang mungkin dapat menyerang hewan ternak, namun tidak berarti dapat mencegah atau meminimalisir adanya infeksi di kemudian hari. Maka dari itu perlu pengawasan lebih lanjut.

Menyadur dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, salah satu upaya mengendalikan penyakit pada hewan ternak yakni dengan beberapa kegiatan pencegahan penyakit. Salah satunya dengan menjadwalkan dan melakukan tindakan vaksinasi pada hewan ternak.

Vaksinasi sendiri adalah tindakan pengurangan interaksi antara organisme penyebab penyakit dengan tubuh hewan hingga mencapai titik tertentu dimana terjadi pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Hal ini dikarenakan jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimusnahkan karena hewan ternak telah terlindungi dengan baik pada sistem imun.

Vaksin untuk Sapi, Apa Saja?

Ada beberapa jenis vaksin yang dapat diberikan pada hewan ternak sapi untuk mencegah ternak terjangkit penyakit berbahaya, baik bagi sapi itu sendiri maupun untuk pemilik dan lingkungan sekitar kandang ternak. Antara lain:

1# Vaksin Penyakit Anthrax

Penyakit jenis ini disebabkan oleh Bacillus anthracis yang sifatnya zoonosis. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan pemberian vaksin hidup strain Sterne yang dilakukan pada area endemik anthrax.

2# Vaksin Penyakit Brucellosis

Jenis penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin dengan vaksin strain-19 (B.abortus S19) atau dengan strain RB-51. Tindakan vaksinasi baiknya dilakukan ketika ternak sapi mencapai umur 4 hingga 10 minggu.

3# Vaksin Penyakit Ngorok (Penyakit Septichaemia Epizootica)

Selanjutnya, penyakit ngorok dapat dicegah dengan pemberian vaksin inaktif atau bakterin. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida dan sifatnya dapat menular antar-ternak. Penyakit Ngorok umumnya menyerang bagian saluran pencernaan dan pernapasan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya dengan vaksinasi pada ternak sehat dengan vaksin oil adjuvant, setidaknya dosis 3 ml secara intramuskuler selama setahun sekali.

4# Vaksin Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotraceitis)

Penyakit IBR merupakan jenis penyakit hewan yang sifatnya menular dan umumnya mengganggu sistem reproduksi ternak. Hal ini diakibatkan oleh infeksi penyakit menular yang menyebabkan keguguran, penurunan fertilitas hingga kemajiran ternak. Penyakit IBR disebabkan oleh Bovine herpesvirus-1 (BHV-1). Pencegahan penyakit IBR dapat menggunakan vaksin Bivalen Inaktif (IBR+PI3).

5# Vaksin Penyakit BVD

Penyakit BVD (bovine viral diarrhea) atau penyakit diare ganas pada sapi disebabkan oleh jenis virus Bovine Viral Diarrhea, salah satu jenis Pestivirus. Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan tindakan vaksinasi menggunakan vaksin hidup.

6# Vaksin Penyakit Jembrana

Yang terakhir yakni penyakit Jembrana. Jenis penyakit ini bersifat menular pada varian sapi Bali. Hal ini ditandai dengan adanya demam atau peningkatan suhu tubuh hewan ternak, peradangan selaput lendir mulut atau stomatitis, pembesaran kelenjar limfa preskapularis, prefemoralis dan parotid, beberapa waktu disertai keringat darah (blood sweating). Tindakan pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian vaksin Jembrana, sesuai dengan nama dari penyakit tersebut.

Tidak hanya manusia yang membutuhkan vaksin untuk pencegahan penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hewan ternak juga sangat memerlukan vaksin untuk mencegah penyakit berbahaya yang dapat menularkan penyakit dan yang paling buruk adalah menyebabkan kematian.

Pemberian vaksin juga meminimalisir kerugian ekonomi dari pihak pemilik peternakan, dimana pemilik tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menyembuhkan penyakit pada hewan ternak. Dengan sifat yang menular, kemungkinan ternak lain tertular sangatlah besar. Terlebih, jika jenis penyakit tersebut dapat menular pada manusia maka dapat mengancam lingkungan sekitar kandang ternak juga.


Cara Memilih Bibit Sapi Perah Unggulan

 


Setiap peternak pasti berusaha mendapatkan bibit yang baik dan unggulan untuk peternakan mereka. Bibit unggulan akan berkembang menjadi indukan unggulan, dan menghasilkan produk ternak yang berkualitas. Misal, bibit sapi perah yang baik akan menghasilkan produk susu yang berkualitas tinggi nantinya. Namun, memilih bibit ternak ternyata susah-susah gampang. Hal ini dikarenakan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Nah, di artikel kali ini kami akan memberi sedikit informasi bagaimana cara memilih bibit sapi perah unggulan untuk peternakan. Penasaran? Yuk, simak artikel di bawah ini!

Apa Saja Faktor Bibit Sapi Perah Unggulan?

Ada beberapa hal yang menjadi acuan untuk mengatakan seekor bibit sapi perah adalah unggulan atau tidak. Yakni dapat diperhatikan dari berat badan, kualitas ambing, kapasitas tubuh terak, posisi puting, bulu di sekitar area ambing, kaki bagian belakang, hingga pada mammary system dari bibit tersebut. Pemilihan bibit yang baik dan unggulan dapat mempengaruhi beberapa aspek dalam peternakan. Misalnya pada manajemen pemberian pakan ternak, manajemen kandang, hingga perawatan ternak sapi perah nantinya. Namun perlu diperhatikan, beda jenis sapi ternyata berbeda pula kebiasaan mereka.

Ciri-Ciri Bibit Sapi Perah Unggulan

Menurut sumbarprov.go.id, pemilihan bibit sapi perah harus memenuhi beberap syarat. Antara lain:

  • Bibit sapi perah betina telah memasuki usia 3,5 hingga 4,5 tahun dan sudah pernah beranak.
  • Memiliki produksi susu yang tinggi.
  • Bibit berasal dari induk dan pejantan yang memiliki keturunan produksi susu yang tinggi – perlu diperhatikan mencari silsilah bibit ternak sapi perah.
  • Memiliki bentuk tubuh yang seperti baji.
  • Memiliki mata bercahaya dan jernih dan bentuk kepala yang baik.
  • Punggung bibit ternak sapi perah lurus atau tidak bengkok atau terlalu bungkuk.
  • Jarak antara kaki depan dengan kaki belakang cukup lebar dan bentuk kaki yang kuat dan kokoh.
  • Memiliki ambing yang cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik. Jika diraba terasa lunak, vena susu banyak – panjang dan berkelok-kelok, memiliki tekstur kulit yang halus.
  • Puting susu bibit sapi perah tidak lebih dari 4, berbentuk segi empat simetris yang tidak terlalu pendek.
  • Memiliki tubuh yang sehat dan tidak membawa penyakit menular.
  • Memiliki tingkat kelahiran yang cukup tinggi, yakni beranak setiap tahunnya.

Sedangkan pada vetmedicinae.com, ada beberapa yang perlu diperhatikan pada bibit ternak sapi perah untuk dikatakan unggulan. Antara lain:

1#  Kapasitas Tubuh dari Bibit Ternak

Bibit ternak sapi perah dikatakan unggulan apabila memiliki kapasitas tubuh yang cukup besar. Ukuran ini akan memudahkan sapi perah dalam proses kelahiran, dimana dengan kapasitas tubuh yang besar akan memudahkan janin untuk keluar dari tubuh induk.

2# Bulu di Area Ambing

Selanjutnya adalah bulu. Disini, yang dimaksud dengan bulu yakni terdapat bulu halus di sekitar area ambing. Bibit sapi perah yang unggulan ditandai dengan adanya bulu-bulu halus di sekitar area ambing.

3# Ambing yang Bagus

Ambing yang bagus adalah ambing yang terlihat melebar dari bagian depan ke belakang, serta tidak terlihat bengkok. Di sisi lain, di sekitar ambing tidak ditemukan jaringan lemak. Kulit pada ambing juga harus memiliki tekstur yang lunak dan lentur saat disentuh.

4# Posisi Puting

Untuk puting pada bibit sapi perah termasuk dalam masalah estetika. Meski begitu, posisi puting tidak dapat disepelekan. Posisi puting yang baik adalah terletak di bagian tengah setiap quarter. Posisi dari puting yang tidak tepat berada di tengah bagian quarter akan menyulitkan anak sapi saat hendak menyusu pada induk.

5# Kaki Bagian Belakang

Bagian kaki belakang bibit sapi perah hendaknya memiliki bentuk yang simetris atau seimbang, yakni antara kaki belakang bagian kanan dengan kaki bagian kiri. Selain itu, kaki pada sapi diharapkan memiliki tekstur yang kokoh dan kuat. Kaki belakang yang kuat nantinya akan memudahkan proses kelahiran atau partus dari induk. Hal ini dikarenakan kaki bagian belakang memiliki fungsi untuk menopang berat janin yang hendak keluar.

6# Mammary System

Mammary system atau kelenjar susu dari bibit sapi perah akan menentukan seberapa besar peluang produksi susu yang dapat dihasilkan oleh bibit tersebut nantinya. Kinerja dari mammary system sangat mengandalkan pembuluh darah vena, dimana pembuluh darah akan memberikan stok atau supply susu menuju bagian ambing.

Mammary system atau kelenjar susu bibit sapi perah dikatakan baik apabila memiliki bentuk pembuluh darah vena mammarica yang menonjol pada bagian luar ambing, serta terlihat jelas dan terasa saat diraba dengan tangan.

Jenis Sapi Mana yang Dapat Dijadikan Bibit Unggulan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka sapi jenis Friesian Holstein adalah solusi yang tepat. Di Indonesia, peternakan sapi perah didominasi oleh sapi Friesian Holstein atau FH. Susu yang dihasilkan oleh sapi FH memiliki kualitas yang prima serta kandungan gizi yang tinggi.

Varian sapi FH berasal dari Belanda dengan iklim sedang dan memiliki empat musim, yaitu musim semi atau spring, musim panas atau summer, musim gugur atau autumn, dan musim dingin atau winter. Sapi jenis ini dapat berkembang biak dan hidup yang nyaman dengan Indeks Suhu dan Kelembapan di bawah 72. Apabila melebihi batas tersebut, maka ternak sapi dapat mengalami stres akibat panas.

Sapi jenis FH yang dikembang biakkan secara khusus memiliki ciri-ciri tubuh tertentu. Antara lain:

  • Di bagian dahi terdapat belang warna putih dengan bentuk menyerupai segitiga.
  • Bagian kaki dan pangkal ekor berwarna putih.
  • Tergolong dalam jenis sapi yang jinak.
  • Memiliki tanduk pendek yang menghadap ke depan, berwarna belang hitam dan putih.

Friesian Holstein betina dewasa memiliki bobot tubuh antara 550 hingga 650 kilogram, sedangkan pada jantan berkisar antara 1000 kilogram. Biasanya, sapi FH dikawinkan pertama kali saat menginjak usia 15 hingga 18 bulan dengan berat berkisar di 275 hingga 300 kilogram.

Kualitas dan produksi sapi perah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya faktor lingkungan, yakni suhu, iklim dan kelembapan kandang, serta ketinggian kandang. Faktor lainnya adalah berat badan ternak, jarak beranak, penyakit, kebuntingan serta bulan laktasi dari indukan. Pada faktor genetik, yang dapat mempengaruhi adalah bangsa ternak serta sifat individu.

Bisnis peternakan dinilai masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia dengan tercatat 10 liter produksi sapi per hari atau setara dengan 3.050 kilogram susu dalam satu kali masa laktasi. Tingginya produksi susu ini dipengaruhi oleh sanitasi atau kebersihan kandang, pemberian pakan pada ternak, perkawinan, pencegahan penyakit serta proses pemerahan yang baik.

Bagaimana Ciri Susu Murni yang Baik?


Berikut adalah beberapa ciri susu murni yang baik untuk dikonsumsi.

1#  Kebersihan

Saat membeli, pastikan tidak ada kotoran fisik, misalnya bulu atau darah. Susu murni yang baik disaring dengan ketat sebelum diedarkan kepada konsumen.

2# Warna

Untuk warna, susu murni harusnya memiliki warna putih. Meski begitu, susu dapat berubah warna menjadi kebiruan setelah dicampur dengan air. Namun reaksi kimia yang terjadi tidak perlu dikhawatirkan karena hal ini menandakan bahwa susu berkualitas baik.

3# Aroma

Susu murni memiliki aroma yang creamy dan khas. Jika ditemukan susu murni memiliki aroma lebih masam, lebih baik jangan dikonsumsi karena sudah melewati masa baik konsumsi dari susu murni.

4# Rasa

Susu murni dengan kualitas baik tidak memiliki rasa manis, melainkan cenderung asin dan creamy. Meski sudah diberi tambahan perasa manis, rasa creamy dari susu murni masih akan terasa.

5# Tekstur

Yang terakhir adalah tekstur. Susu murni memiliki tekstur sedikit kental tanpa ada gumpalan. Apabila saat atau sebelum diminum terdapat gumpalan, maka susu tersebut sudah tidak bisa dikonsumsi.


© all rights reserved
made with by templateszoo