Posts mit dem Label Ternak werden angezeigt. Alle Posts anzeigen
Posts mit dem Label Ternak werden angezeigt. Alle Posts anzeigen

Kenali Pengertian Sapi Perah dan Jenis-Jenisnya

 


Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati dan nabati, Indonesia mampu membudidayakan berbagai jenis hewan, baik sebagai komoditi konsumsi atau menjaga satwa tertentu dari ancaman kepunahan. Dalam komoditi konsumsi, terdapat beberapa jenis hewan yang sengaja diternakkan untuk diambil hasilnya. Seperti ayam pedaging untuk diambil daginya, ayam petelur untuk diambil telurnya, hingga sapi untuk diambil daging, susu dan juga kulitnya. Peternakan sapi di Indonesia sendiri sudah merajalela dimana-mana dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Yakni peternakan sapi perah dan peternakan sapi potong. Masing-masing memiliki teknik dan fungsinya sendiri sesuai dengan kebutuhan pasar. Pada artikel ini akan dijelaskan apa itu sapi perah serta jenis-jenis sapi perah dalam komoditi peternakan. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.

Pengertian Sapi Perah

Disadur dari Wikipedia, sapi perah merupakan jenis sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuan mereka dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Sapi perah termasuk dalam spesies Bos Taurus.

Satu sapi perah dapat menghasilkan sekitar 6.000 hingga 17.000 kg susu per masa laktasi. Di wilayah Cirebon, Jawa Barat, satu ekor sapi hanya dapat menghasilkan susu dengan kapasitas maksimum 4.500 liter.

Jenis-Jenis Sapi Perah

Perlu diketahui bahwa jenis sapi perah yang ada merupakan hasil impor dari luar negeri. Indonesia memiliki jenis sapi perahnya sendiri, namun memiliki keterbatasan dalam memproduksi susu dibandingkan dengan anakan luar negeri. Jenis-jenis dari sapi perah antara lain:

1# Sapi Perah Jersey

Sapi perah jenis Jersey ini awalnya dikembangbiakkan di Pulau Jersey, United Kingdom (Inggris). Kawasan di Pulau Jersey sangat cocok untuk pembiakkan sapi karena memiliki wilayah padang rumput yang subur. Susu dari Sapi Perah Jersey sebagian besar diolah dan digunakan sebagai bahan pembuat keju.

Sapi Perah Jersey mempunyai ciri-ciri kulit tubuh yang diisi warna cokelat, abu-abu, dan hitam. Pada bagian tertentu, yakni bagia kepala, bahu dan paha sapi terdapat corak yang cenderung lebih gelap dari bagian tubuh lainnya.

Jenis sapi perah ini dapat memproduksi susu sekitar 8.319 pound per tahun – sesuai dengan standar DHA, atau sekitar 3773,4 liter susu per tahun dengan kadar lemak sebanyak 5.2%. Karena mengandung beta karoten yang tinggi, air susu sapi perah ini cenderung berwarna kuning hingga cokelat.

2# Guernsey

Sapi Perah Guernsey dikembangbiakkan di kawasan daratan Guernsey yang tidak jauh dari Pulau Jersey. Sama dengan Pulau Jersey, wilayah ini memiliki padang rumput yang luas dan subur, sehingga sangat cocok digunakan untuk mengembangbiakkan sapi perah. Biasanya, Sapi Perah Guernsey digembalakan pada musim semi hingga musim panas.
Ciri-ciri dari sapi ini adalah kulit tubuh yang berwarna cokelat muda dengan sedikit bercak putih. Sapi Perah Guernsey memiliki ukuran tubuh yang pendek, bentuk kepala yang panjang serta tidak memiliki otot pada tubuh.

Bobot Sapi Perah Guernsey dewasa mencapai 400 hingga 800 kilogram. Dalam per masa laktasi, sapi ini dapat menghasilkan sekitar 6.062 pound atau sekitar 2.750 liter susu.

3# Sapi Perah Friesian Holstein

Friesian Holstein atau yang biasa disingkat FH adalah jenis sapi perah terpopuler di dunia. Sapi perah ini berasal dari Belanda. Saking populernya, sapi perah Friesian Holstein memiliki populasi sebesar 90% di Amerika.
Di Indonesia, sapi perah FH ini dikawin silang dengan sapi lokal dengan tujuan menghasilkan peranakan FH yang tidak kalah prima produksi susunya.

Ciri-ciri sapi perah FH adalah adanya kombinasi warna hitam dan putih, atau merah dan putih pada kulit tubuh mereka. Sapi perah FH memiliki performa fisik yang kokoh, tinggi, serta memiliki ekor berbulu lebat. Jenis sapi ini memiliki kantung susu yang besar serta ambing yang sempurna.

Per harinya, sapi perah FH di Belanda dapat menghasilkan sekitar 20 liter susu. Sedangkan di Indonesia, hanya mencapai 10 liter per harinya. Dalam susu hasil perahan sapi FH ini mempunyai kandungan lemak susu yang tergolong rendah, serta warna susu yang kekuningan dengan butiran kecil.

4# Peranakan Friesian Holstein

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sapi perah FH dikawinkan dengan sapi lokal (Indonesia) untuk mendapatkan peranakan sapi FH, yakni sapi peranakan Friesian Holstein.
Sapi ini dapat anda temukan di kawasan Jawa Timur. Sapi peranakan Friesian Holstein adalah hasil kawin silang antara sapi perah FH dengan sapi Jawa. Beberapa dari mereka dikawin silang dengan sapi asal Madura.

Ciri-ciri sapi peranakan FH yakni memiliki tubuh yang besar dengan corak kulit tubuh hampir sama dengan indukannya. Sapi peranakan FH dapat beradaptasi cukup baik dengan iklim tropis yang ada di Indonesia.

Per laktasi, sapi peranakan FH dapat memproduksi sekitar 3.000 liter susu apabila dipelihara dengan baik dan perawatan yang maksimal.

5# Sapi Sahiwal

Sapi perah Sahiwal merupakan jenis sapi perah yang berasal dari Pakistan. Sapi ini memiliki kulit yang didominasi warna kemerahan dengan sedikit warna kelabu atau cokelat di beberapa bagian tubuhnya.
Ciri-ciri lain yakni bentuk badan yang besar, panjang, dan memiliki daging yang padat. Selain itu, sapi Sahiwal memiliki kaki yang pendek, bentuk kepala yang besar serta terdapat tanduk kecil di bagian kepala.

Sapi Sahiwal mampu menghasilkan susu sebanyak 2000 – 5000 liter susu per tahunnya. Sayangnya, sapi perah jenis ini tidak mampu bertahan hidup di wilayah yang memiliki curah hujan rendah.

6# Ongole

Hal yang unik dari sapi Ongole adalah jenis ini biasanya dimanfaatkan atau diternakkan untuk diambil daginynya oleh para peternak, alias menjadi sapi potong. Namun, sapi Ongole ternyata dapat memproduksi susu dengan jumlah yang cukup baik, yakni 3000 pound atau setara dengan 1360 liter susu per masa laktasi.
Meski terbilang menghasilkan susu yang lebih sedikit dari jenis sapi perah lainnya, sapi Ongole sering dipelihara sebagai jenis sapi perah di India.

7# Milking Shorthorn

Sapi perah jenis Milking Shorthorn berasal dari Inggris. Sapi ini memiliki satu garis spesies dengan Bos taurus, sehingga Milking Shorthorn memiliki tanduk pendek dengan warna kulit merah, hitam, hingga cokelat tua. Sapi ini adalah jenis sapi perah terbaik dengan menghasilkan susu sekitar 5126 kg per tahunnya.

8# Frieswal

Sapi perah Frieswal adalah hasil kawin silang dari sapi Sahiwal dengan sapi FH. Sapi yang cukup jinak ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap serangan parasit, kutu, hingga cuaca ekstrim.
Sapi Frieswal mampu memproduksi 1000 – 1500 liter susu per tahunnya. Jumlah ini terbilang tinggi dengan kandungan protein dan lemak yang kaya pada susunya.

9# Sapi Ayrshire

Sesuai dengan namanya, sapi perah Ayarshire adalah jenis sapi perah yang berasal dari kawasan Ayr, Skotlandia. Wilayah ini tergolong cukup dingin dengan kelembapan yang tinggi serta sedikit ditumbuhi rumput hijau.
Ciri-ciri sapi ini adalah dengan tubuh berwarna putih dengan corak kecokelatan di beberapa bagian. Sapi ini memiliki bentuk tubuh yang besar, ekor yang panjang serta punggung yang lurus. Per tahun, sapi perah Ayarshire dapat memproduksi sekitar 4000 liter susu.

10# Sapi Hissar

Di Indonesia, sapi perah Hissar banyak diternakkan di wilayah Sumatra Utara dan Sumbawa. Per harinya, sapi ini dapat memproduksi susu sekitar 2.6 – 3 liter per hari. Masa laktasi dari sapi Hissar adalah 200 hari atau setara dengan 7 bulan.

Itu tadi beberapa jenis sapi perah yang dapat Anda ternakkan di Indonesia, menyesuaikan dengan iklim dan cuaca pada masing-masing daerah. Selain memilih jenis unggulan, jangan lupa untuk memaksimalkan perawatan dan kandang sapi, ya.


Semoga penjelasan di atas dapat menambah informasi para pembaca sekalian, ya!

Mari Beternak! Berikut Cara Budidaya Sapi Perah

  


Menjadi peternak? Memilih beternak sebagai pekerjaan?

Beternak merupakan kegiatan bisnis yang sudah umum dilakukan oleh leluhur kita sebagai sumber mata pencaharian. Namun, seiring berjalannya waktu, pekerjaan satu ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan ‘tidak menantang’. Ada beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan budidaya atau ternak, seperti ayam, kerbau dan sapi. Beternak sapi sendiri terdapat dua jenis yang berbeda, yakni beternak sapi pedaging dan beternak sapi perah.

Namun, memilih beternak sapi perah pada kondisi iklim Indonesia yang tropis ini ternyata cukup membuat kita memutar otak. Sapi perah umumnya datang dari kawasan sub-tropis, atau memiliki musim dingin yang cukup banyak dibandingkan dengan musim panas. Tapi jika Anda sudah menemukan tips dan trik yang pas, bisa dipastikan Anda akan sukses menjadi peternak sapi perah.

Di Indonesia sendiri, beternak atau budidaya sapi perah umumnya lebih cocok dilakukan di dataran tinggi dengan iklim yang sejuk. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa sapi perah umumnya berasal dari kawasan dengan hawa dingin yang dominan.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipelajari sebelum memiliki peternakan sapi perah sendiri. Yakni kandang sapi, memilih bakal ternak sapi, pakan dan minum, mengawinkan sapi perah, masa laktasi dan pemerahan sapi dan beberapa perawatan lainnya.

Kandang Sapi Perah

Mempersiapkan kandang untuk sapi perah adalah hal terpenting sebelum beternak. Kebersihan kandang dapat mempengaruhi stress atau tidaknya sapi selama diternakkan. Sapi perah yang nyaman dapat menghasilkan susu lebih maksimal dibandingkan dengan yang stress. Maka dari itu perlu diperhatikan dengan betul bagaimana kebersihan dan bentuk dari kandang sapi. Untuk ketinggian kandang, ukuran yang paling dianjurkan yakni sekitar 4 – 4.5 meter. 

Struktur dari kandang harus tersusun dari bahan dengan tingkat kekuatan yang baik, seperti besi, bambu, ataupun kayu. Untuk lantai, dianjurkan menggunakan bahan yang kuat, bersih, serta tidak berbahaya untuk sapi. Selain itu, sapi harus bisa mencapai tempat makan dan minum dengan mudah, namun sapi juga tidak bisa menginjak tempat tersebut. Faktor lain yang harus diperhatikan yakni saluran drainase atau pembuangan kotoran dan air. Saluran ini harus lancar dan berfungsi dengan baik karena sapi perah membutuhkan kebersihan yang optimal agar nyaman di kandang.

Pemilihan Bakal Ternak Sapi Perah

Jika diurutkan dari yang paling prima, sapi perah jenis Frisien Holstein adalah jenis sapi perah yang paling prima dalam menghasilkan susu. Tapi, peranakan sapi FH ini juga cukup mudah ditemukan di Indonesia.

Terdapat beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan calon peternak dalam memilih bakal ternak sapi perah. Antara lain:

  1. Bakal sapi perah harus sehat, tidak memiliki cacat tubuh, bebas parasit, dan kulit mulus.
  2. Calon peternak hendaknya mengetahui betul riwayat bakal ternak, beserta silsilah dari bakal ternak tersebut.
  3. Mata bakal ternak harus cerah atau tidak kusam, tidak berair ataupun tidak terdapat kotoran pada mata.
  4. Bakal ternak tidak mengeluarkan lendir dari hidung, napas bagus serta tidak memiliki gejala batuk.
  5. Bakal ternak memiliki kuku yang bagus dan sempurna bentuknya, tidak terdapat gejala bengkak. Apabila diraba, bakal ternak tidak bersuhu panas.
  6. Tidak terdapat tanda-tanda mencret di sekitar dubur.

Pakan dan Minum Sapi Perah

Sapi harus diberi akses air minum yang tidak terbatas. Karena untuk menghasilkan 1 kg susu, diperlukan 4 – 5 kg air. Air minum sapi harus terjaga kebersihan dan kuantitasnya. Sedangkan untuk pakan, sapi perah harus mendapatkan nutrisi yang seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. 


Pakan sapi perah dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu:

  1. Pakan Hijauan – yakni bahan-bahan berserat seperti berbagai jenis rerumputan, jerami padi, jerami jagung, leguminosa, pucuk tebu, dan daun kacang tanah. Per harinya, sapi perah membutuhkan 30-50 kg pakan hijauan, atau sekitar 10% dari bobot total. Pakan hijauan baiknya diberikan pada siang hari, yakni setelah pemerahan.
  2. Pakan Konsentrat – atau dapat disebut sebagai pakan penguat dapat berupa umbi-umbian, biji-bijian, atau limbah dari olahan pertanian. Seperti ampas tahu atau bungkil kedelai. Pakan ini dapat diberikan sekitar 1-2% dari total bobot sapi perah. Pakan konsentrat baik diberikan pagi hari, yakni sebelum pemerahan, atau sore hari.
  3. Pakan Tambahan – yakni dapat berupa mineral, vitamin, enzim, hormon, atau antibiotik. Pakan tambahan biasanya dihasilkan dari pabrik dan diberikan sesuai dengan anjuran masing-masing pakan.

Bagi sapi perah yang berada dalam masa menyusui atau laktasi – masa pemerahan, kebutuhan makanan dan minuman dapat ditambah sekitar 25% lebih banyak dari biasanya.

Mengawinkan Sapi Perah

Masa birahi sapi betina tergolong sangat pendek, yakni berkisar 15 hingga 18 jam. Waktu birahi selanjutnya baru akan tiba 21 hari mendatang. Sedangkan pada sapi jantan, masa birahi dapat berlangsung 2 hingga 3 hari.

Terdapat beberapa ciri-ciri sapi betina yang berada dalam masa birahi agar para peternak dapat mempersiapkan proses perkawinan. Yakni:

  • Sapi nampak gelisah
  • Vulva sapi berwarna merah dan mengeluarkan cairan
  • Nafsu makan sapi menurun
  • Sapi sering menaiki sapi lain, dan apabila dinaiki hanya diam
  • Sapi sering melenguh dan cenderung mendekati sapi jantan

Ada dua metode kawin sapi perah, antara lain:

Kawin Alami, dengan mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Satu ekor sapi jantan dapat kawin dengan 25-30 ekor sapi betina. Dalam peternakan kecil, proses perkawinan dapat dilakukan dengan meletakkan satu jantan dan satu betina yang sama-sama sedang birahi.

Kawin Suntik, dengan memasukkan sperma dari sapi jantan dengan alat tertentu ke dalam vagina sapi betina. Metode ini lebih praktis karena tidak perlu membawa sapi jantan pada sapi betina.

Masa Laktasi dan Pemerahan Sapi

A# Masa Laktasi

Sapi perah dapat memulai masa laktasi setelah berusia 2.5 tahun. Dalam 10 bulan, sapi betina dapat diambil susunya. Pada masa-masa awal, yakni dalam satu minggu setelah melahirkan, warna susu yang dihasilkan biasanya berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut dengan kolostrum yang ternyata mengandung banyak gizi. Kolostrum umumnya diberi pada bayi sapi.

Setelah satu minggu, sapi betina akan menghasilkan susu dalam jumlah yang fluktuatif. Yakni di awal, volumenya akan sedikit dan akan terus bertambah hingga nantinya menurun kembali pada bulan ke-10. Dalam masa laktasi ini, berat badan sapi mengalami kenaikan dan penurunan secara dinamis.

Sapi betina dapat terus produktif hingga mencapai usia 10 tahun. Puncak dari siklus produktivitasnya berada pada usia 7-8 tahun. Melewati usia 10 tahun, biasanya produksi susu akan berkurang secara drastis.

B# Pemerahan Sapi

Proses pemerahan dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Pada masing-masing proses, dibutuhkan 5-7 menit proses pemerahan. 


Untuk memerah susu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:

  • Kandang dan peralatan perah harus bersih
  • Badan sapi harus dibersihkan dulu dan tidak ada kotoran menempel di bagian belakang sapi
  • Pemerah susu atau orang yang memerah susu juga harus dalam keadaan bersih karena susu dapat menyerap berbagai bau
  • Ambing susu terlebih dulu dicuci dengan air hangat guna meminimalisir penceraman bakteri pada susu

Perawatan Lain

Ada beberapa perawatan lain yang harus rutin dilakukan pada sapi. Yakni:

  • Vaksin dan obat cacing
  • Bersih-bersih kandang sehari sebanyak 1-2 kali
  • Sapi dimandikan setiap hari agar selalu bersih

Wajib Tahu, Berikut Beberapa Jenis Penyakit yang Sering Menyerang Sapi Potong

 

Ternak yang sakit dapat menjadi kendala tersendiri bagi peternak baru maupun peternak lama. Beberapa penyakit pada hewan ternak dapat mudah menular ke ternak lain sehingga menimbulkan banyak kerugian, baik materi dan waktu. Maka dari itu pengetahuan perihal penyakit pada hewan ternak sangatlah penting bagi para peternak. Artikel kali ini akan membahas beberapa jenis penyakit pada sapi potong beserta penanganan yang tepat untuk tiap-tiap penyakit. Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Ciri-Ciri Sapi Sakit

Terdapat beberapa ciri-ciri dari ternak sapi yang terjangkit penyakit, yang dapat dijadikan tindak pencegahan dan pengobatan lebih lanjut. Antara lain:

1# Ciri Fisik

Salah satu ciri-ciri yang mudah dilihat adalah ciri pada fisik. Sapi potong yang sedang sakit umumnya memiliki mata yang suram, mengantuk, cekung. Berbeda dengan sapi sehat yang memiliki sorot mata yang bersinar. Sapi yang sakit juga memperlihatkan bobot yang semakin berkurang, bulu menjdi kusut, mulut dan hidung yang kering, serta telinga yang terkulai.

2# Suhu Tubuh dan Pernafasan

Sapi yang sakit memiliki suhu badan yang mudah naik dan turun dalam jangka waktu tertentu. Badan sapi akan terasa panas serta detak jantung dan pernafasan yang cenderung tidak lancar.

3# Tingkah Laku

Selain ciri fisik dan suhu tubuh, sapi yang sakit juga menunjukkan perubahan tingkah laku. Dimana sapi akan menolak makan atau semakin menurun nafsu makan sapi, gaya jalan yang sempoyongan, serta kapasitas minum harian yang semakin sedikit.

Jenis-Jenis Penyakit pada Sapi Potong

1# Bovine Viral Diarrhea (BVD)

Penyakit ini umum terjadi pada sapi karena infeksi virus BVD. Biasanya, sapi terjangkit penyakit ini akibat infeksi pasca melahirkan dan sifatnya non-klinis. 

Penyakit BVD sifatnya dapat menular antar sapi dengan dikenal sebagai penyakit diare ganas pada sapi.

  1. Adapun gejala-gejalanya adalah sebagai berikut:
  2. Mata dan hidung mengeluarkan lendir
  3. Sapi terlihat sangat lesu serta nafus makan terus menurun
  4. Naiknya suhu tubuh sapi
  5. Diare terus-menerus dengan bentuk cair atau seperti air, berisi mukus atau darah serta berbau busuk

2# Anthrax (Radang Limpa)

Penyakit ini sangat umum dikenal masyarakat sejak hebohnya penjualan daging dan bagian-bagian jeroan sapi yang terserang penyakit anthrax. Penyakit ini dapat menular akut pada sapi potong. Anthrax disebabkan oleh infeksi bakteri Bacillus Anthracis yang juga dapat menular pada manusia. Pada manusia, penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan sapi yang berpenyakit anthrax, serta melalui tulang, kulit, daging ataupun kotoran sapi yang sakit.

Ciri-ciri penyakit ini antara lain:

  1. Pernafasan sapi tidak lancar
  2. Diare
  3. Gemetar dan jalan yang sempoyongan
  4. Suhu tubuh sapi mencapai 42 derajat Celcius atau demam tinggi
  5. Adanya perdarahan warna hitam pekat dari lubang-lubang kumlah atau lubang anus, lubang hidung hingga pori-pori kulit
  6. Penyakit anthrax yang cukup parah membuat sapi mati mendadak

3# Surra (Trypanosomiasis atau Penyakit Mubeng)

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit protozoa Trypanosoma evansi yang masuk ke dalam tubuh sapi melalui lalat penghisap darah serta beberapa jenis kutu. Parasit jenis ini hidup dalam darah induk semang untuk memperoleh glukosa dan mengakibatkan induk semang kehilangan glukosa. Glukosa yang terus berkurang dalam darah sapi dapat menyebabkan organ tubuh sapi tidak mendapat cukup oksigen hingga menyebabkan sapi tidak bertenaga dan mudah lelah. Maka dari itu, penyakit ini sering disebut penyakit mubeng yang dalam bahasa Jawa berarti pusing hingga sempoyongan.

Adapun gejala dari penyakit ini adalah:

  1. Anemia
  2. Sapi menjadi kurus, busung pada daerah dagu dan anggota gerak, dan bulu rontok
  3. Sapi terlihat lemah, lesu, mudah lelah dan mengalami demam
  4. Nafsu makan sapi semakin berkurang
  5. Gerakan sapi sempoyongan karena parasit menyerang cairan Serebrospinal hingga terjadi gangguan pada saraf
  6. Selaput lendir menguning
  7. Munculnya getah radang dari mata dan hidung

4# Septicaemia Epizootica / SE atau Penyakit Ngorok

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Pasteurella multocida serotype 6B dan 6E. Jenis kuman ini senang hidup di tempat lembap dan bersuhu dingin, sehingga penyakit ini paling sering muncul saat musim hujan.

Faktor pemicu adanya infeksi adalah rendahnya daya tahan tubuh sapi yang disebabkan oleh stress berlebih, kandang yang terlalu penuh, proses pengangkutan yang kurang baik, serta pemberian pakan dengan kualitas rendah.

Gejala dari penyakit ini antara lain:

  1. Tubuh gemetar pada sapi
  2. Sapi terlihat lesu dan lemah
  3. Muncul air liur terus-menerus
  4. Selaput lendir berwarna kemerahan
  5. Kesulitan bernapas atau mengorok
  6. Pada dada muncul tanda-tanda peradangan paru
  7. Adanya busung di bagian kepala, tenggorokan dan leher bagian bawah hingga gelambir
  8. Untuk kondisi krooni, sapi menjadi sangat kurus dan mudah batuk

5# Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)

Adalah penyakit yang mengganggu sistem reproduksi pada ternak. Penyakit IBR disebabkan oleh virus Bovine herpesvirus (BHV-1) dan sifatnya menular. Sapi yang terkena penyakit ini dapat mengalami keguguran, penurunan produksi susu serta penurunan tingkat fertilitas.

Gejala penyakit ini yaitu:

  1. Hidung kemerahan dengan lendir atau leleran hidung yang encer
  2. Ekor sapi tidak kembali pada posisi biasa
  3. Tubuh sapi terlihat kuru
  4. Muncul demam yang diikuti dengan peningkatan frekuensi pernapasan
  5. Otot sapi gemetar, kebutaan, selalu menjilat bagian panggul, hilangnya keseimbangan serta pada tahap akut, sapi akan mati.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong

1# Menjaga Kebersihan Kandang dan Hewan Ternak

Sapi dengan pemberian pakan secara intensif tentu menghasilkan kotoran yang banyak. Untuk tetap menjaga kebersihan kandang, bersihkan kandang 1 hingga 2 kali dalam sehari dan hindari menempatkan terlalu banyak sapi dalam satu kandang. 

Hal ini dapat membuat stress dan juga meningkatkan tingkat kekotoran kandang. Juga, mandikan sapi secara rutin guna menghilangkan kotoran yang menempel, sehingga sapi tidak terinfeksi bakteri, virus dan kutu yang dapat menimbulkan penyakit.

2# Pemberian Vaksin

Selain pakan dan vitamin, pemberian vaksin pada ternak juga hal yang paling penting. Vaksinasi hendaknya dilakukan pada sapi potong baru, khususnya vaksin untuk berbagai penyakit menular pada sapi. Vaksin yang paling utama adalah vaksin untuk penyakit anthrax.

Selain pemberian vaksin, dapat juga dilakukan pemberian obat cacing. Namun efek sampingnya, pemberian obat cacing pada sapi potong dapat menyebabkan pertumbuhan sapi menjadi terhambat.

3# Kandang Karantina

Selain kandang utama, Anda dapat membuat kandang karantina untuk sapi. Bakalan sapi potong atau sapi yang baru didatangkan hendaknya dipisahkan dari sapi lainnya dan dikarantina pada kandang tersendiri. Proses karantina dapat dilakukan dalam waktu 1 minggu. Tujuan dari karantina adalah untuk memantau kondisi sapi-sapi baru, serta sebagai cara agar sapi dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Kenali Penyakit Menular pada Sapi

 


Hewan ternak yang mengalami sakit tentu menjadi kendala dan menimbulkan kekhawatiran bagi peternak. Tidak hanya waktu dan tenaga yang terkuras, namun juga materi serta serangkaian kerugian lain dapat ditimbulkan dari hewan ternak yang sakit. Sapi memiliki beberapa penyakit yang dapat menulari sesama sapi, hingga menular ke manusia melalui kontak langsung ataupun melalui perantara. Pada artikel kali ini akan dijelaskan penyakit dan penyebab penyakit menular pada sapi.

Penasaran? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Berikut Jenis-jenis Penyakit Menular pada Sapi

1# Lepstospirosis

Penyakit lepstospirosis disebabkan oleh bakter Lepstospira interrogans. Penyakit ini biasanya menyerang mamalia, seperti sapi, anjing, babi, kambing, hingga tikus. Penyebaran penyakit lepstospirosis melalui urine hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Gejala dari lepstospirosis yang terlihat pada sapi adalah sapi terlihat lemah, menyebabkan keguguran, hingga hewan ternak menjadi mudah terjangkit penyakit lain. Penyakit lepstospirosis ini juga dapat menular pada manusia dengan gejala ringan seperti flu, hingga menyerang bagian ginjal dan hati.

2# Infeksi Ringworm

Penyakit infeksi ringworm atau jamur kulit ini masuk ke tubuh hewan ternak akibat dari lingkungan yang terinfeksi. Dikutip dari idntimes.com, berdasarkan penjelasan jurnal Virginia Polytechnic Institute and State University, ringworm pada hewan ternak dapat menyebabkan penyakit kebotakan pada sejumlah area serta menyebabkan kulit yang bersisik.

Penyakit ini dapat menular atau menginfeksi manusia apabila manusia tersebut melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Gejala yang muncul pada manusia juga mirip seperti pada sapi, yakni adanya area bersisik pada kulit yang gatal hingga menyebabkan iritasi kulit.

3# Salmonellosis

Seperti namanya, penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella. Bakteri ini banyak ditemukan di dalam perut dan kotoran hewan, terutama pada bayi dan betina yang sedang hamil. Hewan ternak yang terinfeksi oleh bakteri ini memiliki ciri-ciri demam, kotoran mengeluarkan bau yang busuk, dan sapi yang terlihat stress dan gelisah.

Penyakit Salmonellosis dapat menular ke manusia melalui kontak secara langsung dengan hewan yang sakit maupun dengan kotoran yang mengandung bakteri tersebut. Selain itu, juga dapat menular melalui konsumsi telur, susu atau daging yang belum dimasak sempurna. Pada manusia, muncul gejala seperti kram perut, diare dan demam dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

4# Infeksi E.Coli

Penyakit selanjutnya adalah infeksi E. coli yang disebabkan oleh infeksi bakteri Esterichia coli. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam usus serta kotoran hewan ternak. Umumnya, bakteri ini tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya. Namun tetap memberi gejala yang dapat menjadi parah dari waktu ke waktu.

Gejala yang ditimbulkan seperti kram perut, diare, feses yang mengandung mukus atau darah, hingga yang paling parah adalah munculnya sindrom hemolitik uremik atau rusaknya sel darah merah yang juga menjadi penyebab penyakit gagal ginjal.

Infeksi E. coli dapat menular pada manusia dengan kontak langsung antara manusia dan hewan, serta mengonsumsi daging yang belum dimasak sempurna. Hal ini dapat dihindari dengan rajin mencuci tangan dengan bersih setelah melakukan kontak dengan hewan ternak, menyimpan daging di kulkas dan memasak daging hingga benar-benar matang, serta menjaga kebersihan makanan.

5# Giardiasis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit Giardia lamblia. Parasit ini biasa ditemukan dalam perut hewan ternak, namun biasanya tidak muncul gejala penyakit pada ternak. Parasit ini akan membuat infeksi apabila menyentuh manusia.

Giardiasis dapat menular melalui air dan makanan yang terkontaminasi dengan kotoran hewan. Umumnya, penyakit giardiasis menimbulkan gejala kram perut, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Yang paling rentan dengan parasit ini adalah bayi dan anak-anak.

6# Q Fever

Penyakit Q Fever adalah jenis penyakit langka yang dapat membuat hewan ternak mengalami keguguran. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Caoxiella burneti. Penyakit ini dapat menular ke sesama hewan ternak, juga menular ke manusia.

Penyakit Q Fever bisa menular pada manusia melalui cairan tubuh dan jaringan. Biasanya, mereka yang terkena penyakit ini adalah mereka yang membantu melakukan proses aborsi ataupun kelahiran pada hewan ternak. Selain itu, infeks Q Fever juga dapat menular melalui hasil susu yang belum dipasteurisasi.

Gejala yang biasa muncul apabila terjangkit penyakit Q Fever yakni demam disertai keringat dingin di malam hari. Pada kasus tertentu, infeksi Caoxiella burneti dapat menyebabkan hepatitis hingga pneumonia.

7# Infeksi Cryptosporidium

Jenis penyakit lainnya yang dapat menular adalah infeksi parasit Cryptosporidium atau cryptosporidiosis. Berbeda dengan bakteri E. coli, parasit ini dapat ditemukan pada perut dan air dari hewan ternak. Manusia dapat tertular parasit ini dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi parasit. Selain itu juga dapat melalui kontak langsung dengan hewan yang sudah menjadi carrier.

Gejala yang ada pada manusia antara lain yakni demam, kram otot, sakit perut, diare, hingga muntah. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan bersih setelah melakukan kontak secara langsung dengan hewan ternak. Juga, mencuci tangan sebelum memegang makanan.

8# Anthrax

Selanjutnya adalah penyakit anthrax atau radang limpa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Gejala yang dapat dilihat pada hewan ternak adalah demam hingga 42 derajat Celcius, keluar darah dari lubang kumlah – sepertu telinga, hidung, mulut, anus dan lubang kelamin; berwarna hitam seperti oli bekas, bangkai hewan cepat membusuk dan menggembung, adanya warna kebiruan pada selaput lendir.

9# Pink Eye

Penyakit ini merupakan jenis penyakit mata akut yang dapat menular. Pink Eye ditandai dengan gejala kemerahan dan kekeruhan pada selaput mata. Gejala klinis yang dapat terliha adalah kemerahan di bagian mata yang putih lalu diikuti dengan bengkaknya bagian kelopak mata, serta belekan.

10# Scabies

Penyakit scabies adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh ektopaasit. Penyakit ini menyerang bagian kulit hewan ternak. Gejalanya adalah gatal, hewan ternak selalu menggaruk, menggosok, atau menggigit bagian tubuh yang terjangkit scabies. Munculnya luka-luka dan lecet, kulit yang mengeras dan menebal juga merupakan efek dari scabies.

11# Tympani atau Kembung

Penyakit ini merupakan terjadinya penimbunan gas di saluran pencernaan yang diakibatkan oleh pemberian jenis makanan yang cepat mengalami fermentasi dan hewan ternak tidak dapat mengimbangi pengeluaran gas. Akibatnya, gas menjadi menumpuk.

Gejala yang muncul adalah hewan ternak susah bernapas, perut bagian kiri membesar dan berbunyi seperti kendung jika dipukul, gelisah, dan punggung membungkuk.

12# Septisemia Epizootica (SE)

Penyakit septisemia epizootica atau SE merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Gejalanya antara lain adalah hewan mengalami demam, gemetar, mengeluarkan suara ketika bernapas atau ngorok, serta muncul batuk hingga menyebabkan hewan ternak menjadi kurus.


Semoga penjelasan di atas dapat memberikan informasi untuk para pembaca sekalian ya. Stay safe and stay healthy!


Sapi Potong Unggul yang Dibudidayakan di Amerika Serikat, Apa Saja?

 


Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai jenis hewan dengan kualitas unggulan. Hal ini bertujuan untuk mendapat anakan atau bakal ternak berkualitas tinggi yang menghasilkan produk berkualitas serupa. Salah satu teknologi ini adalah kawin silang. Dengan kawin silang, peternak bisa mendapatkan hewan ternak berkualitas tinggi tanpa harus mengimpor bakalan ternak dari luar negeri. Pada sapi, kawin silang biasanya terjadi antara jenis sapi unggulan asal luar negeri dengan jenis sapi lokal.

Sapi potong merupakan jenis yang cukup umum dikawin silang. Terdapat beberapa jenis sapi hasil kawin silang yang banyak tersebar di negeri adigdaya, Amerika Serikat. Apa saja?

Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Jenis-Jenis Sapi Potong yang Dibudidayakan di Amerika Serikat

1# Sapi Simbrah

Jenis sapi hasil kawin silang pertama adalah sapi Simbrah yang merupakan hasil persilangan antara sapi Simmental dengan sapi Brahman.Hal ini pertama kali diprakarsai oleh Asosiasi Simmental Amerika yang membentuk asosiasi baru, yakni Asosiasi Simbrah di tahun 1977. 

Rasio perbandingan kawin silang ini adalah 5/9 darah jenis sapi Simmental dengan 3/8 darah jenis sapi Brahman.

Kelebihan dari hasil kawin silang ini antara lain:

  • Daya tahan terhadap penyakit yang umum pada sapi dan caplak
  • Daya tahan dan mampu beradaptasi dengan tempratur atau hawa panas
  • Hasil karkas yang baik
  • Rasio lemak dan daging yang serasi atau seimbang satu sama lain
  • Kemampuan merumput dan proses kelahiran yang mudah
  • Masak dini serta produksi susu yang baik
  • Memiliki temperamen yang baik

Sapi Simbrah memiliki warna kulit yang masih sangat bervariatif. Hal ini membuatnya sulit dibedakan menjadi suatu jenis tersendiri dan terpisah.

2# Sapi Brangus

Sapi Brangus adalah sapi hasil kawin silang antara sapi pejantan Aberdeen Angus dengan sapi betina Brahman. Rasio komposisi genetiknya adalah 5/8 dari Aberdeen Angus dan 3/8 dari Brahman. Sapi ini merupakan hasil kawin silang dari kawasan Oklahoma, Amerika Serikat.

Ciri-ciri dari sapi ini adalah warna kulit tubuh yang berwarna hitam, memiliki tanduk kecil, bagian leher dan telinga cenderung pendek, komposisi badan padat, kaki yang kokoh. Ada beberapa sapi Brangus yang memiliki punuk yang merupakan warisan sifat dari sapi Brahman.

Sapi ini dapat beradaptasi dengan cuaca panas, gigitan serangga, dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, memiliki presentase karkas yang tinggi warisan dari Aberdeen Angus, serta produktifitas daging yang tinggi.

3# Sapi Santa Gertrudis

Sapi Santa Gertrudis merupakan jenis sapi pedaging atau sapi yang diternakkan untuk diambil dagingnya. Sapi ini dikembangkan di sebuah peternakan bernama King Ranch, berlokasi di kawasan Texas Selatan. Sapi Santa Gertrudis merupakan hasil kawin silang antara sapi jens Shorthorn dengan jenis Brahman di tahun 1910-an.

Sapi Santa Gertrudis menjadi favorit atau primadona untuk diternakkan pada tahun 1950-an. Hal ini dikarenakan kualitas dan kemampuan sapi Santa Gertrudis untuk bertahan di kondisi alam yang ekstrem. Kemudian di tahun 1951, sapi ini mulai diekspor ke negara-negara di luar kawasan Texas. Australia menjadi negara pertama yang menerima sapi Santa Gertrudis sebagai bakal ternak.

Sapi Santa Gertrudis mempunyai warna tubuh atau warna bulu cokelat kemerahan. Bulu sapi ini bertipe pendek dan halus. Beberapa di antara jenis Santa Gertrudis memiliki warna kulit merah tua. Berbeda dengan induknya, yakni sapi jenis Brahman, sapi Santa Gertrudis memiliki bentuk tubuh yang lebih padat dan rata. Sapi jenis ini memiliki tanduk di bagian kepala dan gelambir pada bagian bawah leher.

Sapi Santa Gertrudis memiliki bentuk telinga rendah dan tebal. Bentuk kepala sapi cenderung lebar  dab bermuka lurus, dengan dahi yang berlekuk. Selain itu sapi ini memiliki punggung yang lebar dan pada bagian dada terdapat daging tebal.

Saat dewasa, sapi Santa Gertrudis dapat mencapai bobot total 900 kg untuk pejantan dan 725 kg untuk betina.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sapi Santa Gertrudis memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik. Sapi ini dapat hidup dengan baik pada kawasan beriklim panas. Kekurangannya, sapi Santa Gertrudis mudah mengalami stress dan gugup.

Sapi Santa Gertrudis yang stress dan gugup dapat memperlambat proses pertumbuhan mereka. Selain itu, tingkat efisiensi sapi juga akan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Di samping itu, sapi Santa Gertrudis masih tergolong tangguh di kelasnya.

Jenis sapi ini dapat bertahan dari gigitan caplak serta jumlah pakan yang efisien. Untuk jenis Santa Gertrudis betina, mereka terkenal dapat melahirkan dalam proses yang mudah serta dapat diperah susunya. Jadi, selain menjadi sapi pedaging, sapi Santa Gertrudis betina juga dapat dijadikan sapi perah.

4# Sapi Braford

Sapi Braford merupakan jenis sapi hasil kawin silang dari sapi Hereford dengan sapi Brahman. Rasio komposisinya adalah 5/8 darah sapi jenis Hereford dengan 3/8 darah sapi jenis Brahman. Sapi Braford menghasilkan anakan atau pedet yang berukuran medium dengan berat anakan yang tergolong berat.

Sapi ini dapat bertahan dengan kondisi keseluruhan yang minim, dapat bertahan dari hawa panas, daya tahan terhadap penyakit dan caplak, mampu mengasuh anakan dengan baik, serta konversi pakan yang cukup baik – terutama pakan hijauan untuk menghasilkan daging.

Kekurangan dari sapi Braford ini adalah kurang bisa beradaptasi dengan temperatur rendah, sehingga kurang cocok diternakkan di kawasan utara Amerika Serikat.

5# Sapi Beefmaster

Sapi Beefmaster adalah sapi hasil kawin silang dari beberapa sapi, yakni sapi Hereford, sapi Shorthorn dan sapi Brahman. Adapun rasionya adalah ½ untuk darah sapi Brahman, ¼ darah sapi Hereford dan ¼ darah sapi Shorthorn.

Ciri-ciri dari sapi ini antara lain:

  • Kualitas daging yang bagus
  • Memiliki punuk seperti sapi Brahman
  • Warna kulit atau warna bulu cokelat kemerahan dengan sedikit warna putih
  • Bertubuh besar seperti sapi Eropa dengan ketahanan tubuh yang baik terhadap cuaca dan lingkungan
  • Kualitas dan persentase karkas cukup bagus

Sapi Beefmaster dapat dibedakan antara sapi yang memiliki tanduk dan tidak memiliki tanduk. Sapi ini menghasilkan pedet atau anakan dengan berat lahir medium dan berat sapihnya tergolong berat.

Jenis Beefmaster ini dikelompokkan berdasarkan 6 sifat, yakni fertilitas, berat, disposisi, ketahanan, konformasi dan produksi susu. Sapi Beefmaster tergolong dalam sapi masak dini, dimana para betina dapat dikawinkan pada usia 12 hingga 14 bulan.

6# Sapi Charbray

Sapi jenis ini merupakan kawin silang antara sapi Charolais dengan sapi Brahman. Rasio komposisinya adalah 13/16 darah sapi Charolais dengan 3/16 darah sapi Brahman.

Sapi Charbray berukuran besar dapat mencapai bobot hingga 1000 kg untuk betina, serta pada pejantan mencapai bobot 1400 kg. Warna kulit putih cenderung krem dan memiliki tanduk. Sapi ini dapat mengasuh anakan dengan baik, memiliki pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap caplak dan parasit. Kelemahannya adalah badannya yang memanjang namun dangkal serta bentuk kaki yang terlalu panjang.


Semoga artikel kali ini dapat memberi informasi untuk para pembaca sekalian, ya!

Lebih Mengenal Jenis-Jenis Sapi Ternak Indonesia

 

Meski diburu era teknologi tinggi, kegiatan beternak tetap memiliki penggemarnya sendiri. Kegiatan beternak saat ini memadukan teknologi terkini dengan cara beternak tradisional yang disatukan guna mendapat hasil yang baik. Hal itu juga berlaku di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, beternak masih menjadi pekerjaan yang masih digemari masyarakat. Baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar, beternak masih memberi banyak keuntungan bagi peternaknya. Terdapat beberapa jenis hewan sapi ternak yang umum ditemukan di Indonesia.

Apa saja? Yuk, simak penjelasan di bawah inI!

Jenis-Jenis Sapi Ternak Indonesia : 

1# Sapi Madura

Sesuai dengan namanya, sapi ini merupakan jenis sapi potong lokal yang berasal dari Madura. Sapi ini banyak diternakkan di kawasan Jawa Timur. Meski tergolong sapi lokal, ternyata sapi Madura merupakan hasil perkawinan silang. Yakni antara banteng dengan sapi Zebu atau bos indicus.


Sapi Madura memiliki karakteristik yang seragam atau sama. Dimana mereka memiliki bentuk tubuh yang cenderung kecil, kaki pendek namun kuat, bulu atau kulit warna merah bata cenderung kekuningan, namun di bagian perut dan paha sebelah dalam terdapat warna putih. Sapi Madura memiliki tanduk yang khas serta sapi pejantan yang bergumba.

Lebih detail, sapi Madura ini memiliki ciri-ciri umum dari fisiknya adalah sebagai berikut:

  • Baik jantan maupun betina memiliki warna bulu atau warna kulit merah bata dengan paha belakang yang berwarna putih.
  • Bagian kaki berwarna merah muda
  • Memiliki tanduk pendek yang beragam, yakni pada betina berbentuk kecil dan pendek dengan ukuran 10 cm, dan pada pejantan berukuran 15-20 cm.
  • Panjang badan mirip dengan sapi Bali, namun memiliki punuk kecil.

Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan. Yakni mudah dibiakkan atau diternakkan dimana saja, mudah dipelihara, tahan terhadap berbagai jenis penyakit, dan tahan terhadap pakan berkualitas rendah. Maka tidak heran kalau sapi Madura menjadi favorit sebagian peternak untuk dikembang biakkan lebih lanjut.

2# Sapi Simental

Sapi Simental adalah jenis sapi ternak yang berasal dari kawasan Simme, Switzerland. Namun saat ini, sapi tersebut berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika sebagai sapi perah dan sapi pedaging.

Sapi ini memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:

  • Warna kulit atau warna bulu cokelat kemerahan (merah bata). Pada bagian muka, lutut ke bawah dan ujung ekor warna putih.
  • Simental pejantan dapat mencapai bobot 1150 kg sedangkan betina dewasa mencapai 800 kg
  • Bentuk tubuh kekar dan berotot
  • Persentase karkas yang tinggi
  • Mengandung sedikit lemak sehingga cocok dijadikan sapi perah atau sapi potong.

Sapi Simental sangat cocok dikembang biakkan di kawasan beriklim sedang. Namun, secara genetik, sapi ini berasal dari kawasan dengan iklim dingin. Tipe sapi besar dengan volume rumen yang besar pula. Sapi Simental juga memiliki kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya dengan tinggi, serta metabolisme yang cepat.

3# Sapi Limousine (Limosin)

Sapi Limousine, atau di Indonesia lebih dikenal dengan sapi Limosin, awalnya dikembang biakkan di Prancis. 

Sapi ini memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:

  • Warna bulu atau warna tubuh cokelat tua, kecuali pada bagian sekitar ambing yang berwarna putih
  • Bagian lutut ke bawah dan sekitar maa memiliki warna yang lebih muda
  • Bentuk tubuh panjang, besar, kompak dan padat

Keunggulan dari sapi Limosin adalah pertumbuhan badan yang sangat cepat. Sapi Limosin secara genetik merupakan jenis sapi potong yang berasal dari kawasan beriklim dingin dan sapi bertipe besar. Sapi Limosin memiliki volume rumen yang besar serta voluntary intake yang tinggi. Sistem metabolisme sapi ini cukup cepat sehingga menuntut pemeliharaan yang teratur.

Sapi Limosin telah dikawin silang dengan beberapa jenis sapi di Indonesia. Antara lain sapi Peranakan Ongole, sapi Brahman hingga sapi Hereford. Beberapa pihak memperkirakan sapi jenis ini akan populer dan menjadi primadona baru dalam industri peternakan.

Keunggulan lainnya yakni sapi Limosin hanya membutuhkan waktu penggemukan yang lebih singkat dan lebih pendek dari jenis sapi lain. Sapi Limosin juga tahan dari berbagai jenis penyakit, terutama anthrax yang telah merugikan banyak peternak.

Kualitas daging sapi Limosin diniilai lebih bagus untuk menjadi makanan olahan. Sejak kemunculannya sebagai sapi kurban salah satu Presiden Indonesia, sapi Limosin makin meroket dengan harga jual yang mahal.

4# Sapi Brahman

Sapi Brahman adalah jenis sapi keturunan sapi Zebu. Sapi ini asalnya dari India yang kemudian diimpor ke Amerika di tahun 1849. Sapi ini kemudian dengan cepat berkembang hingga ke beberapa negara di Amerika Serikat hingga ke Australia. Sapi Brahman pertama kali masuk ke Indonesia pada pendudukan Belanda di Indonesia.


Sapi Brahman memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:

  • Memiliki punuk yang besar dan berkulit longgar
  • Terdapat gelambir di bawah leher hingga perut. Gelambir cenderung lebar dengan banyak lipatan.
  • Telinga yang panjang menggantung serta berujung runcing

Menurut beberapa penelitian, jenis sapi Brahman merupakan jenis terbaik untuk dijadikan hewan ternak. Sapi Limosin memiliki persentase karkas sebesar 45% dan tidak terlalu selektif terhadap pakan. Sapi Limosin dapat memakan berbagai jenis pakan, mulai dari pakan hijauan seperti rumput maupun pakan tambahan. Keunggulan lain adalah sapi ini lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk, serta dapat beradaptasi dengan hawa panas.

5# Sapi Ongole

Sapi Ongole awalnya adalah jenis sapi liar yang berhasil dijinakkan dan berasal dari kawasan India. Di Indonesia, sapi Ongole terbagi menjadi dua jenis, yakni jenis Sumba Ongole (so) dan sapi Peranakan Ongole (po).

Sapi Ongole merupakan keturunan murni sapi Nallore dari India yang didatangkan ke Indonesia di tahun 1914. Sapi ini kemudian dikembang biakkan di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar jenis Ongole di Indonesia. Sapi ini dikawin silangkan dengan sapi Jawa yang menghasilkan anakan mirip dengan sapi Ongole sehingga diberi nama sapi Peranakan Ongole.

Sapi ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

  • Berbadan besar, terdapat punuk berukuran besar, jenis gelambir longgar dan berleher pendek.
  • Warna kulit cenderung kuning dengan bulu putih atau kehitam-hitaman. Sedangkan kulit di sekitar mata, bulu mata, kuku, moncong, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam
  • Kepala pendek dengan sedikit melengkung
  • Mata cenderung besar dengan sorot mata yang tenang
  • Memilki tanduk yang pendek. Tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sapi pejantan
  • Memiliki telinga yang panjang dan menggantung

Sapi Ongole cenderung lambat mencapai usia dewasa. Sapi ini akan dewasa kelamin di usia 24-30 bulan dan mencapai dewasa sepenuhnya pada usia 4 hingga 5 tahun

Bobot maksimal sapi Ongole dewasa pejantan mencapai 600 kg dan sapi betina dewasa sekitar 400 kg. Persentase karkas antara 45 hingga 58% dengan perbandingan daging dan tulang 4,25:1.

Belajar Breeding! Kenali Cara Budidaya Sapi Potong

  


Di tengah banyaknya jenis pekerjaan modern, bisnis peternakan masih menjadi primadona bagi sebagian orang. Budidaya ternak sapi ini masih memiliki banyak peminat. Hal ini dikarenakan masih tingginya permintaan masyarakat akan daging sapi setiap harinya. Selain itu, kebutuhan akan semakin melonjak di Hari Idul Kurban.

Meski telah dilakukan oleh banyak orang, ternyata masih banyak yang belum mengerti betul bagaimana menyiapkan budidaya atau ternak sapi yang baik dan benar. Terdapat 2 jenis peternakan sapi, yakni peternakan sapi potong dan peternakan sapi perah.

Keduanya dibedakan menurut apa yang dihasilkan dari sapi sebagai hewan ternak. Sapi potong dibudidayakan untuk diambil dagingnya, sementara sapi perah dibudidayakan untuk diambil susunya. Pada artikel kali ini akan dijelaskan bagaimana membudidayakan sapi potong dengan baik dan benar.

Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Cara Budidaya Sapi Potong

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum benar-benar melakukan budidaya ternak sapi potong. Antara lain kandang sapi potong, cara memilih bakalan ternak sapi, jenis pakan ternak sapi, pemberian pakan pada ternak, serta perawatan umum.

Kandang Sapi Potong

Sebelum menentukan besaran kandang, yang harus diperhatikan adalah tipe peternakan yang bagaimana yang Anda inginkan. Pembangunan konstruksi kandang ternak sapi potong sangat bergantung pada jumlah dana yang dimiliki serta skala peternakan yang diinginkan.


Kandang untuk ternak sapi potong umumnya harus bisa melindungi ternak dari perubahan cuaca serta pengaruh iklim lokal yang ada. Ada 3 tipe kandang sapi yang dapat dijadikan referensi, yakni kandang dengan dinding terbuka, setengah terbuka dan dinding tertutup.

Penggunaan kandang terbuka dan setengah terbuka biasanya diaplikasikan pada kawasan dataran rendah dengan suhu relatif panas dan tiupan angin yang tidak terlalu kencang. Sedangkan jenis kandang dengan dinding tertutup umumnya digunakan di kawasan bersuhu dingin dengan angin relatif kencang, atau merupakan kandang yang digunakan untuk anakan sapi.

Ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam kelengkapan kandang. Antara lain:

Tempat Pakan dan Minum

Wadah pakan sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak melukai ternak ketika makan, seperti kayu atau bahan yang biasa digunakan pada tembok. Untuk wadah minum, dapat berupa ember plastik yang tidak mudah pecah. Usahakan menempatkan wadah pakan dan minum mudah dijangkau oleh manusia agar mudah dibersihkan.

Tambat

Tambat untuk sapi dapat berupa tiang, palang atau tonggak. Tambang disini berguna untuk mengikat sapi agar tidak bergerak tidak terlalu jauh dan terlalu banyak. Tempat untuk tambat dapat dibuat khusus atau disatukan dengan struktur kandang. Sebagai pengikat sapi, tambat harus kokoh agar dapat menahan beban sapi.

Peralatan Kandang

Terdapat beberapa peralatan kandang yang harus dilengkapi untuk menjaga kebersihan kandang. Antara lain:

  • Sapu Lidi, berguna untuk membersihkan kandang dari sisa makanan, sisa kotoran sapi ataupun kotoran lainnya.
  • Sekop, berguna untuk mengaduk pakan serta membersihkan kotoran. Gunakan dua jenis sekop yang berbeda dan tidak mencampur sekop makanan dengan sekop pembersih kotoran hewan ternak.
  • Garu atau Garpu, berguna untuk mengaduk pakan serta membersihkan kandang ternak.
  • Ember, berguna sebagai wadah minum ternak serta sanitasi. Contohnya untuk membersihkan kandang atau memandikan hewan ternak.
  • Sikat, berguna untuk memandikan ternak sapi.
  • Selang, berguna untuk menyalurkan air dari sumber air ke wadah minum dan sanitasi kandang ternak.
  • Tali, berguna untuk mengikat ternak sapi pada tambatan atau untuk memindahkan ternak sapi untuk sanitasi.
  • Memilih Bakalan atau Anakan Ternak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memilih bakalan atau anakan ternak sapi potong. Antara lain:

  • Anakan atau pedet tidak memiliki cacat tubuh, berkulit mulus dan tidak ditemukan parasit.
  • Pedet memiliki pernapasan yang baik. Tidak terdapat lendir yang keluar dari hidung.
  • Pedet memiliki mata yang bersih dan cerah. Tidak ada kotoran pada mata dan tidak berair.
  • Kuku pedet baik, tidak bengkak dan apabila diraba tidak terasa panas.
  • Tidak terdapat bekas mencret di bagian dubur

Apabila memungkinkan, pilih anakan atau pedet bibit unggul yang mempunyai silsilah yang jelas dan diketahui sifat-sifat pedet.

Jenis Pakan Sapi Potong

Mengetahui jenis pakan yang tepat juga sangat penting dalam beternak sapi potong. Pakan yang diberikan akan mempengaruhi kualitas daging dari ternak sapi potong. Adapun jenis-jenis pakannya antara lain:

  • Pakan Berserat – yakni bisa berupa pakan hijauan, seperti leguminosa, jenis rumput-rumputan atau jenis tanaman hijauan lainnya. Pakan berserat juga bisa menggunakan daun kacang tanah, jerami jagung, jerami padi, pucuk tebu, dan lain-lain.
  • Konsentrat – pakan konsentrat dapat disebut juga sebagai pakan penguat. Untuk pakan ini, dapat mengambil dari umbi-umbian, biji-bijian atau dari limbah hasil pengolahan pertanian lainnya.
  • Pakan Tambahan – pakan ini dapat berupa mineral, vitamin, antibiotik, enzim, urea dan lain-lain.

Pemberian Pakan Ternak

Apabila dilakukan program penggemukan sapi, pakan untuk ternak dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Yang utama adalah pakan memiliki kadar protein sebanyak 12% serta Total Digestible Nutriens (TDN) atau jumlah zat dalam pakan yang dapat dicernak sebesar 60 hingga 70%.

Sedangkan untuk jumlah pemberian pakan konsentrat berkisar 1 hingga 2% dari total bobot ternak sapi. Disarankan pemberian pakan konsentrat ini dalam bentuk kering. Hal ini dimaksudkan agar merangsang keluarnya enzim tertentu dari ludah sapi. Enzi mini berguna untuk memacu pertumbuhan bakteri dalam rumen sapi.

Selanjutnya, untuk pakan hijauan, diberikan berkisar 0% dari total bobot sapi. Pakan ini diberikan antara 2 hingga 3 jam setelah pemberian pakan konsentrat. Untuk kebutuhan garam pada sapi, diberikan dengan takaran 15-30 gram, begitu juga dengan pakan jenis kalsium phospat atau tepung tulang/kapur. Sedangkan untuk air, dapat diberikan secukupnya.

Perawatan Umum untuk Ternak Sapi

Selain kebutuhan-kebutuhan yang telah dijelaskan di atas, ada pula kebutuhan perawatan umum yang harus dipenuhi. Tujuannya agar pertumbuhan sapi berjalan dengan baik. Perawatan umum tersebut antara lain:

  • Sapi hendaknya dimandikan 1 hingga 2 kali sehari dengan cara menyikat tubuh sapi. Hal ini dimaksudkan agar ternak selalu terjaga kebersihannya dan mencegah penyakit atau parasit hinggap ke ternak.
  • Vaksinasi dan pemberian obat cacing sesuai jadwal dan dengan dosis yang sesuai.
  • Membersihkan kandang dari sisa kotoran ternak dan sisa makanan setiap hari. Adapun yang lebih baik sehari dilakukan 2 kali. Hal ini untuk menjaga kebersihan kandang dan ternak, serta menghindari ternak sapi merasa stress dan terhindar dari berbagai jenis penyakit, parasit dan kutu.

Meski terlihat mudah, beternak hewan sapi potong memiliki beberapa persiapan yang harus dipenuhi. Pastikan kandang selalu bersih, pasokan air cukup, serta pakan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing sapi agar kualitas daging dapat terjaga.


Semoga artikel kali ini bisa memberi pengetahuan dan informasi untuk pembaca sekalian, ya!

Serba-Serbi tentang Penggemukan Sapi

 


Bisnis ternak adalah salah satu bisnis ‘tradisional’ yang masih memiliki banyak peminat. Hewan-hewan yang biasa diternakkan di Indonesia yakni ayam, sapi dan kerbau. Ternak-ternak ini memiliki hasil yang berbeda-beda. Misalnya ayam pedaging dan sapi potong untuk diambil dagingnya, ayam petelur untuk diambil telurnya, hingga sapi perah untuk diambil hasil susunya.

Hewan-hewan ternak yang sehat dan gemuk tentu menjadi harapan tersendiri bagi peternak karena hewan yang sehat menghasilkan hasil yang maksimal. Sebaliknya, hewan ternak yang kurus dan mudah sakit menjadi momok tersendiri.

Pada artikel kali ini, kami akan membahas serba-serbi penggemukan hewan ternak, yakni pada sapi. Penasaran? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

Mengemukkan ternak sapi tidak hanya mengandalkan pakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kondisi sapi selalu sehat dan jauh dari stress. Sapi yang stress rentan terserang berbagai penyakit dan mudah kurus. Hal-hal tersebut antara lain:

1# Kesehatan Ternak Sapi

Sapi yang sehat dan memiliki kondisi fisik yang bugar, cenderung mudah gemuk karena memiliki nafsu makan yang tinggi. Sapi yang sehat juga menghasilkan daging atau susu yang berkualitas tinggi. Maka dari itu, kesehatan sapi perlu dijaga betul oleh para peternak.

Ternak sapi hendaknya tidak mengalami gangguan kesehatan, seperti diare, mencret, menderita cacingan, dan beberapa penyakit lainnya. Penyakit yang biasa menjangkiti sapi umumnya mudah menular ke sesama hewan ternak hingga manusia. Apabila terdapat ternak yang terindikasi sakit, segera hubungi dokter dan pisahkan sapi yang sakit dari kandang bersama guna mencegah penularan.

Untuk mengatasi penyakit, peternak dapat menggunakan dan memanfaatkan bahan obat alami. Yakni seperti daun jambu biji atau daun papaya untuk makanan pokok atau sebagai pakan hijauan ternak. Pakan atau obat berbahan alami terbukti jauh lebih manjur dalam mengobati sapi yang sakit dibandingkan dengan pemakaian produk herbal atau jenis obat-obatan lainnya.

2# Kebersihan Kandang Ternak

Kandang yang bersih dan sehat dapat melindungi ternak sapi dari berbagai jenis penyakit. Kandang yang sehat tentu menghasilkan ternak sapi yang sehat dan prima pula. Peternak harus memperhatikan aspek-aspek kebersihan kandang, seperti menjaga lantai kandang dari kotoran ternak maupun kotoran sisa pakan, lingkungan kandang yang bersih dan sehat, serta sistem pembuangan kotoran yang lancar dan selalu terjaga kebersihannya.


Pastikan untuk membersihkan kandang 1 hingga 2 kali dalam sehari. Kandang yang bersih dapat membuat sapi terhindar dari stress dan segala jenis penyakit menular lainnya. Usahakan tidak terdapat bau menyengat di sekitar kandang. Bau yang menyengat dapat menurunkan minat atau nafsu makan pada ternak sapi.

3# Kebersihan Sapi

Sapi yang kurus bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti stress dan terjangkit penyakit tertentu. Untuk menghindari hal ini, peternak hendaknya memandikan sapi setiap hari, paling tidak sekali dalam sehari. Memandikan sapi baiknya menggunakan sikat agar berbagai kotoran yang menempel bisa luruh saat dimandikan.


Selain itu, pastikan bagian belakang sapi selalu bersih dari kotoran yang menempel. Kotoran-kotoran ini bisa mengundang kutu, parasit, bakteri hingga virus yang menyebabkan berbagai penyakit menular.

4# Pemberian Pakan Ternak

Sama seperti manusia, pakan pada ternak sama pentingnya bagi kesehatan dan metabolisme tubuh ternak sapi. Untuk pakan, ada beberapa jenis pakan yang dapat diberikan pada ternak. Pakan yang diberikan harus berisi nutrisi seimbang, seperti mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, serta vitamin.


Jenis-jenis pakan tersebut antara lain:

  • Pakan Hijauan – yakni bahan-bahan berserat seperti berbagai jenis rerumputan, jerami padi, jerami jagung, leguminosa, pucuk tebu, dan daun kacang tanah. Per harinya, sapi perah membutuhkan 30-50 kg pakan hijauan, atau sekitar 10% dari bobot total. Pakan hijauan baiknya diberikan pada siang hari, yakni setelah pemerahan.
  • Pakan Konsentrat – atau dapat disebut sebagai pakan penguat dapat berupa umbi-umbian, biji-bijian, atau limbah dari olahan pertanian. Seperti ampas tahu atau bungkil kedelai. Pakan ini dapat diberikan sekitar 1-2% dari total bobot sapi perah. Pakan konsentrat baik diberikan pagi hari, yakni sebelum pemerahan, atau sore hari.
  • Pakan Tambahan – yakni dapat berupa mineral, vitamin, enzim, hormon, atau antibiotik. Pakan tambahan biasanya dihasilkan dari pabrik dan diberikan sesuai dengan anjuran masing-masing pakan.

Selain itu, terdapat beberapa metode penggemukan yang dapat dilakukan melalui pakan ternak. Antara lain:

Metode Dry Lot Fattening

Pada metode ini digunakan sistem penggemukan dengan memperbanyak pemberian pakan jenis konsentrat dan pakan hijauan relatif sedikit guna meningkatkan efisiesnsi penggunaan pakan. Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat yakni 40:60 hingga 20:80. Hal ini didasarkan pada bobot bahan kering (BK).

Metode ini dilakukan di dalam kandang dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat di dalam kandang ternak dan diberikan sesuai porsi yang tepat dalam waktu yang tepat pula. Metode ini dapat dilakukan dari anak sapi atau pedet masih menyusu pada induk atau anakan sapi perah jantan yang sejak lahir sudah diberi ransum pakan berkualitas tinggi dan ditempatkan di kandang khusus.

Metode Pasture Fattening

Metode ini dilakukan dengan ternak sapi digembalakan di padang atau lahan gembala sepanjang hari dan masuk kandang saat malam hari atau saat matahari bersinar terlalu terik. Lahan gembala ini baiknya ditanami pakan hijauan dengan kualitas yang baik seperti leguminosa. Leguminosa memiliki kemampuan untuk menangkap nitrogen sehingga tanah menjadi lebih subur dan pertumbuhan rumput juga ikut subur.

5# Pemberian Minum Ternak

Sama seperti pakan, pemberian minum juga harus teratur dan cukup. Minum untuk ternak sapi dapat diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari. Yakni pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Pemberian minum ternak di pagi dan sore hari dapat ditambahkan beberapa tetes hasil gilingan tebu dan kebi pada air minum. Kebi adalah limbah hasil gilingan padi yang berwarna putih seperti tepung beras.

Untuk hasil gilingan tebu, tidak ada takaran khusus saat ditambahkan ke dalam air minum. Peternak dapat mencampurkan tetes hasil gilingan tebu hingga air minum berubah warna hitam dan sedikit kental. Sedangkan untuk kebi, peternak dapat memberi 10 sendok makan kebi dalam satu liter air minum. Perbandingannya adalah 1:2, yakni apabila hasil gilingan tebu sudah diberikan 2 kali, maka kebi hanya perlu 1 kali minum.

Penambahan tetes hasil gilingan tebu berguna untuk pengembangan dn pengomposan daging. Sedangkan untuk kebi, tambahan ini berguna untuk memadatkan daging ternak.

6# Pergerakan Ternak Sapi

Pergerakan yang cukup pada ternak sapi bertujuan membuat sapi lebih gemuk dan membuat daging ternak lebih padat. Agar dapat bergerak dengan cukup bebas, dapat disiapkan lahan kosong atau kandang dengan luas yang cukup untuk sapi berlari.

Sapi dengan pergerakan yang cukup akan memiliki daging bertekstur padat dan mudah berkembang dengan sistem peredaran darah ternak mengalir lancar, serta otot pada bagian tubuh ternak sapi dapat berkembang.

Sapi yang tidak cukup bergerak dapat mengundang banyak penyakit, bakteri dan kutu. Hal ini tentu sangat dihindari oleh para peternak karena dapat menimbulkan banyak kerugian. Selain kebersihan kandang, luas dari kandang atau ketersediaan lahan untuk sapi bergerak sangatlah penting.

© all rights reserved
made with by templateszoo